TRIBUNHEALTH.COM - Asma merupakan penyakit yang ditandai dengan penyempitan dan peradangan saluran pernapasan sehingga mengakibatkan penderitanya sulit bernafas.
Selain membuat penderitanya sulit bernafas, asma bisa menimbulkan gejala lain seperti mengi, batuk-batuk, dan rasa nyeri pada dada.
Penderita asma memiliki saluran pernafasan yang lebih sensitif dibandingkan dengan orang sehat tanpa asma.
Ketika paru-paru teriritasi pemicu asma seperti asap rokok, bulu binatang, debu, aktivitas fisik, infeksi virus, udara dingin dan paparan zat kimia, maka otot saluran pernafasan penderita asma akan menjadi kaku dan membuat salura pernafasan menyempit.
Peradangan membuat sel di saluran pernapasan lebih banyak memproduksi lendir dari biasanya.

Baca juga: dr. Rizki: Pertambahan Usia Menjadi Salah Satu Faktor yang Meningkatkan Terjadinya Kanker Prostat
Lendir yang berada di saluran pernapasan akan semakin mempersempit saluran pernapasan dan menyulitkan penderitanya untuk bernapas lega.
Sebagai suatu penyakit kronik, target terapi asma adalah untuk mempertahankan paru-paru dan mencegah serangan yang mengancam jiwa.
Salah satu penyakit penyerta yang sering menjadi pemicu serangan asma adalah penyakit saluran cerna.
Contoh penyakit saluran cerna yaitu saat asam lambung naik ke tenggorokan dan memicu serangan asma, sehingga saluran nafas mengecil dan muncul mengi.
Pengobatan
Bisa dilakukan spirometri secara rutin, dan spirometri akan dievaluasi selama 3 bulan.
Baca juga: Orang Tua yang Aktif secara Fisik Bisa Hindari Risiko Terkena Demensia
Ketika tidak terjadi pandemi, dokter akan mengontrol dalam 3 bulan.
Jika kekontrolan baik, penggunaan obat yang relevan jarang, maka dokter bisa mengatur obat.
Namun, di jaman pandemi seperti sekarang yang bisa dilakukan adalah pemberian arus puncak espirasi dan bisa dilakukan oleh peronal device milik pasien.
APE (arus puncak espirasi) bisa diperiksa di rumah dan device tersebut milik pasien, sehingga tidak dipertukarkan dengan pasien lain.
Dari situ dokter bisa menilai bagaimana derajat diameter saluran nafas melalui hasil arus puncak espirasi.
Baca juga: WHO Tegaskan Pembatasan Perjalanan Tak Efektif Hentikan Penyebaran Omicron, Sudah Terlambat
Apabila penderita asma juga mengalami kembung, maka memerlukan penata laksanaan khusus dan membutuhkan evaluasi.
Karena masalah kembung tidak bisa diatasi, maka bisa menyumbang peningkatan frekuensi serangan pada penderita asma.
Ini disampaikan pada channel YouTube KompasTV, bersama dengan dr. Fariz Nurwidya Sp.P. Seorang dokter spesialis paru. Selasa (18/8/2020)
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)