TRIBUNHEALTH.COM - Umumnya vaksinasi COVID-19 boleh dilakukan selama itu bukan hipersensitivitas terhadap vaksin.
Seorang anak yang mengalami asma biasanya memiliki dasar alergi atau hipersensitivitas.
Akan tetapi apabila alergi atau hipersensitivitas bukan terhadap vaksin sebelumnya, maka pada umumnya tidak masalah.
Apabila tidak yakin, dokter menyarankan untuk melakukan konsultasi kepada dokter secara langsung.
Baca juga: Begini Gejala yangTerjadi Apabila Seseorang Mengalami Gangguan Prostat, Simak Ulasan dr. Johannes
Hal ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi, Dr. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A (K) yang dilansir Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Kemkominfo TV program Dear Doctor edisi 06 Desember 2021.

Lantas apakah anak yang sudah di vaksin COVID-19 bebas beraktivitas di luar rumah?
Seorang anak yang sudah di vaksin sama seperti vaksin-vaksin lain.
"Yang namanya vaksinasi itu tidak menghilangkan sama sekali risiko seorang anak terkena penyakit," pungkasnya.
Namun memang vaksinasi akan menurunkan risiko terinfeksi virus corona.
Dokter sarankan untuk tetap berhati-hati apabila hendak melakukan aktivitas di luar rumah maupun bepergian.
Baca juga: dr. Johannes Aritonang Ungkap Perbedaan Pembesaran Prostat Ganas dan Jinak, Begini Ulasannya
Dokter juga ingatkan untuk tetap disiplin dan setia menerapkan protokol kesehatan.
"Jangan sampai lupa, jangan sampai lepas, dan pastikan bahwa seluruh anggota keluarga di rumah sudah di vaksinasi," tambahnya.
Sehingga apabila ada sekelompok orang yang sudah divaksinasi, maka orang-orang tersebut akan saling melindungi dari risiko infeksi COVID-19.
Tak sedikit orang yang beranggapan jika vaksinasi COVID-19 dapat menimbulkan gejala diare.

Dokter menuturkan jika vaksinasi COVID-19 tidak terlepas dari risiko KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi), hal ini sama seperti vaksin-vaksin lainnya.
Namun salah satu efek samping yang mungkin terjadi meskipun tidak sering adalah diare.
Apabila anak mengalami diare setelah vaksinasi, maka yang harus dilakukan adalah pastikan bahwa anak tidak dehidrasi, artinya asupan cairan harus bisa mengimbangi keluarnya.
Baca juga: drg. R. Ngt. Anastasia Ririen: Apabila Terjadi Perubahan Warna Gusi, Maka Perlu Tahu Etiologisnya
Sebisa mungkin jangan hanya memberikan cairan biasa, tetapi orang tua harus memberikan cairan elektrolit atau oralit dan cairan rehidrasi oral yang biasanya sudah tersedia dalam bentuk botol.
Dengan demikian, berapapun cairan yang keluar, maka akan digantikan dengan cairan elektrolit yang sama.
Perlu diingat bahwa yang keluar bukan hanya air, sehingga tidak cukup jika hanya digantikan dengan air saja.

Selain itu, orang tua perlu memastikan bahwa anak mendapat nutrisi dan zinc.
Zinc biasanya diberikan 10 mg pada usia di bawah 6 bulan dan 20 mg pada usia 6 bulan ke atas.
Selain itu, nutrisi yang diberikan harus baik.
"Jangan sampai karena anak mengalami diare kemudian anak menjadi tidak diberi makan karena takut diarenya bertambah berat atau susunya diencerkan," ungkapnya.
Baca juga: drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Ungkap saat Gusi Alami Infeksi, Maka Akan Mengalami Perubahan Warna
Hal ini menyebabkan anak kekurangan kalori dan tidak bisa memulihkan diri dari diarenya.
Penjelasan Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi, Dr. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A (K) dilansir Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Kemkominfo TV program Dear Doctor edisi 06 Desember 2021.
(Tribunhealth.com/Dhiyanti)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.