TRIBUNHEALTH.COM - Ada beberapa penelitian yang sudah berjalan di dunia mengenai vaksin-vaksin untuk anak di bawah usia 12 tahun.
Namun memang penelitian tersebut masih terbatas pada percobaan dimana uji klinis belum diresmikan sebagai penggunaan pada anak.
Sebagai contoh yaitu vaksin Pfizer, sudah ada penelitian pada anak usia 5 sampai 11 tahun diberikan dosis sepertiga dari dosis dewasa hasilnya cukup baik.
Baca juga: Begini Gejala yangTerjadi Apabila Seseorang Mengalami Gangguan Prostat, Simak Ulasan dr. Johannes
Demikian pula pada vaksin Sinovac yang sedang dalam penelitian pada anak yang berusia mulai dari 6 bulan sampai 17 tahun di beberapa negara seperti Kenya, Chili, dan Filipina.

Diharapkan vaksin tersebut bisa memberikan jawaban apakah vaksin Sinovac aman digunakan untuk anak kurang dari 12 tahun.
Hal ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi, Dr. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A (K) yang dilansir Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Kemkominfo TV program Dear Doctor edisi 06 Desember 2021.
Kemudian dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan ternyata kekebalan yang ditimbulkan pada vaksin yang sama yang diberikan kepada anak dibandingkan dengan dewasa lebih tinggi menyebabkan kekebalan pada anak-anak.
Baca juga: dr. Johannes Aritonang Ungkap Perbedaan Pembesaran Prostat Ganas dan Jinak, Begini Ulasannya
Apabila vaksin tersebut terbukti aman bagi anak, maka bisa segera diberikan pada anak-anak di Indonesia.
Biasanya gejala-gejala yang timbul pasca vaksinasi adalah demam, bengkak pada lokasi suntikan, pusing hingga sakit perut.
Umumnya KIPI atau kejadian ikutan pasca imunisasi akan menghilang dalam waktu 24 sampai 48 jam.

Lantas apakah diperlukan pemberian obat?
Apabila obat diberikan setelah munculnya gejala seperti demam, maka dokter memperbolehkan terutama jika anak tidak nyaman dengan adanya demam.
Dokter menuturkan jika tidak perlu diberikan obat sebelum pemberian vaksinasi.
Baca juga: drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Ungkap saat Gusi Alami Infeksi, Maka Akan Mengalami Perubahan Warna
Hal ini lantaran terbukti bahwa pemberian obat sebelum dilakukan vaksinasi justru membuat efektivitas dari vaksinasi menjadi kurang baik.
"Jadi hanya apabila ada kejadian ikutan pasca imunisasi setelah imunisasi, kita boleh berikan obat-obatan yang sifatnya mengatasi gejala yang dialami," pungkasnya.

Baca juga: drg. R. Ngt. Anastasia Ririen: Apabila Terjadi Perubahan Warna Gusi, Maka Perlu Tahu Etiologisnya
Penjelasan Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi, Dr. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A (K) dilansir Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Kemkominfo TV program Dear Doctor edisi 06 Desember 2021.
(Tribunhealth.com/Dhiyanti)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.