TRIBUNHEALTH.COM - Sebenarnya tidak banyak orang memiliki mental yang benar-benar sehat.
Gangguan pada mental seseorang tidak hanya halusinasi saja, tetapi delusi juga menjadi gangguan mental serius.
Baik halusinasi maupun delusi terjadi ketika otak memproses suatu hal yang sebenarnya tidak terjadi.
Delusi dan halusinasi kerap disalah artikan sebagi hal yang sama, dan ternyata keduanya memiliki perbedaan yang mendasar.
Delusi adalah keyakinan yang dipegang secara kuat namun tidak akurat, dimana keyakinan tersebut tanpa bukti.
Misalnya seseorang merasa diikuti oleh orang lain, merasa menjadi target dicelakai, atau merasa menjadi target di santet oleh orang lain.

Baca juga: Gejala Utama Demensia dan Bedanya dengan Penurunan Fungsi Otak Terkait Usia
Perbedaan antara delusi dan halusinasi ialah sebagai berikut:
Halusinasi adalah indra melihat namun yang dilihat bukan yang seharusnya dilihat.
Misalnya jendela tampak makhluk halus, atau benda-benda lain.
Halusinasi lain misalnya telinga terasa ada yang berbicara.
Sedangkan delusi lebih ke keyakinan yang salah.
Misalnya merasa dirinya diikuti oleh seseorang, dirinya diomongin orang atau merasa dirinya sebagai seseorang yang hebat menjadi orang pilihan.
Delusi bisa sembuh dengan berpikir rasional, berlatih menerima kenyataan hidup saat ini, berlatih memecahkan masalah, berlatih berusaha, dan mengisi aktivitas sehari-hari dengan kegiatan positif mulai dari belajar, kuliah, bekerja, olahraga, beribadah, berteman, berkomunikasi dengan oranglain dan kegiatan positif lainnya.
Baca juga: Virus Corona Varian Omricon Masuk Inggris, Ahli Percaya Vaksinasi Tetap Bisa Melindungi dari Infeksi
Seseorang yang mengalami delusi disa disadarkan dengan kebenaran, namun butuh proses.
Akar masalah bagi orang delusi juga perlu dipecahkan mulai dari melatih skill tertentu.
Seseorang yang memiliki banyak skill dan keterampilan maka memungkinkan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Delusi yang masih tergolong ringan bisa sembuh, gangguan sedang biasanya bisa kambuh, serta yang berat mudah kambuh.
Kekambuhan tersebut sangat tergantung kondisi individu yang bersangkutan.
Adakah tips yang disampaikan untuk mencegah terjadinya delusi?
Baca juga: Ahli Nutrisi Sebut Konsumsi Biji Wijen Bisa Bantu Atasi Munculnya Uban
Berikut adalah penjelasan Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. (Psikolog di www.praktekpsikolog.com). Seorang psikolog keluarga dan pendidikan anak.
Kini dirinya telah memiliki sebuah yayasan yang bernama Praktek Psikolog Indonesia.
Saat ini yayasan yang Adib dirikan telah tersebar di berbagai wilayah.
Ia bertugas di Yayasan Praktek Psikolog Indonesia Cabang Tangsel.
Saat ini juga menjadi Koordinator untuk cabang Bintaro-Jaksel, Rawamangun-Jaktim, Pondok Aren-Tangsel, Cileungsi-Perbatasan Bogor Bekasi, Semarang, Makassar dan Surabaya.
Sebelum berpraktek di Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, ia sempat praktek di Yayasan Cinta Harapan Indonesia selama kurang lebih 3 tahun.
Baca juga: Tips Menghindari Sariawan Pasca Tambal Gigi, Ini Anjuran drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati
Riwayat Pendidikan Adib Setiawan:
- S1 Psikolog UIN Jakarta 2001-2005
- S2 Profesi Psikolog Universitas Tarumanegara Jakarta 2007-2009
Pengabdian Masyarakat:
- Relawan medis di Rumah Sakit Dr. Suyoto Kementerian Pertahanan pada 2020 selama 2 bulan
- Relawan bencana alam di Selat Sunda bidang psikologi pada Desember 2018 - Januari 2019
- Relawan psikolog di Yayasan Cinta Harapan Indonesia Autism Center 2008-sekarang
Profil lengkap Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. bisa dilihat disini.
Baca juga: Data Pemerintah Inggris Tunjukkan Vaksinasi Covid-19 Aman untuk Ibu Hamil
Pertanyaan:
Apakah ada tips yang bisa bapak sampaikan untuk mencegah terjadinya delusi?
Anggra, Solo
Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. menjawab:
Tips pertama dilatih memecahkan masalah.
Kedua, biasakan diri matang atau dewasa sesuai usianya.
Ketiga, jangan dimanja.
Ke-4, hadapi bullying.
Ke-5, latih banyak skill mulai dari bersepeda, mengendarai motor, mengendarai mobil, berolahraga, berkomunikasi dengan orang lain, berbelanja, di mana latih sesuai usia.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)