lihat foto
TRIBUNHEALTH.COM - Berdasarkan data dalam satu hari terhitung sekitar 58 wanita menderita kanker serviks.
Bahkan, umumnya penyakit tersebut baru terdiagnosa dengan stadium yang sudah tinggi.
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa mayoritas wanita Indonesia terlambat dalam mendeteksi penyakit ini.
Baca juga: Imbauan dr. Agus Sutarman, Sp.B(K)Onk pada Penderita Kanker Payudara, Ini Tips yang Bisa Dilakukan
Padahal telah diketahui bersama, bahwa kanker serviks adalah penyakit serius yang bisa mengakibatkan kematian.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasinya, pentingnya melakukan pemeriksaan pap smear setiap tahun.
Langkah tersebut dianjurkan oleh Direktur Surveilans, Karantina Kesehatan dan Kementerian Kesehatan, Jane Soepardi.
Pemeriksaan ini dianjurkan dilakukan sedikitnya satu kali dalam setahun.
Baca juga: Sederet Tanda Kanker Prostat Mulai Menyebar, Sakit saat Buang Air Kecil hingga Rasakan Kelelahan
Pasalnnya angka pemeriksaan Pap smear di Indonesia hanya berada di bawah 1 % saja.
"Angka Pap smear di Indonesia hanya di bawah 1 %," terang Jane dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV.
Menurutnya, sedikitnya jumlah wanita yang melakukan pemeriksaan Pap smear akibat malu atau lupa.
Sehingga untuk mengatasinya, ia menghimbau agar setiap wanita mengingat pemeriksaan Pap smear setiap menjelang tanggal kelahiran.
Baca juga: Sebelum Terkena Kanker Serviks, Leher Rahim Bisa Alami Perubahan Ini, Bisa Terdeteksi dalam Skrining
"Kalau besok ulang tahun, hari ini Pap smear."
"Jadi dengan cara itu pasti mengingat," jelasnya.
Lebih lanjut, selain terkendala lupa dan malu, biasanya pemeriksaan ini tidak dilakukan akibat biaya.
Baca juga: Ketua YKPI: Selain Pengobatan, Semangat Pasien Berpengaruh Besar Pada Kesembuhan Kanker Payudara
Diketahui biaya dalam setiap melakukan pemeriksaan ini ialah 125 ribu rupiah.
"Anak muda atau ibu-ibu sering menganggap sayang bila mengeluarkan biaya 125 ribu rupiah untuk melakukan pemeriksaan," tandas Jane.
Baca juga: Obat Antidepresan Ini Mampu Cegah Rawat Inap Akibat Covid-19, Ilmuwan: Masih Perlu Penelitian Lanjut
Penjelasan Direktur Surveilans, Karantina Kesehatan dan Kementerian Kesehatan, Jane Soepardi ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV, 29 November 2017.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)