Breaking News:

Sudah Divaksin, Eks Menlu AS Meninggal Akibat Covid-19, Ahli: Bukan Berarti Vaksin Tak Bekerja

Seorang profesor kesehatan angkat bicara soal kasus Eks Menlu AS yang meninggal setelah mendapatkan vaksinasi penuh

Penulis: Ahmad Nur Rosikin | Editor: Melia Istighfaroh
AFP via Tribunnews
Dalam file foto yang diambil pada tanggal 5 Februari 2003, Menteri Luar Negeri AS Colin Powell memegang botol yang katanya ukuran yang dapat digunakan untuk menahan antraks saat ia berbicara kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa di PBB di New York. 

TRIBUNHEALTH.COM - Mengapa masih memerlukan vaksin jika orang yang telah mendapatkannya bisa meninggal akibat Covid-19?

Pertanyaan itu menjadi salah satu tanda tanya yang dilontarkan orang yang tak mau divaksin.

Terlebih lagi setelah Mantan Menteri Luar Negeri AS Colin Powell meninggal akibat komplikasi Covid-19 pada Senin (18/10/2021).

Padahal dia telah mendapatkan suntik vaksin penuh.

Terkait hal ini, CNN Health mewawancarai Analis Medis CNN, Dr. Leana Wen,

Dia merupakan seorang darurat dan profesor kebijakan dan manajemen kesehatan di Sekolah Kesehatan Masyarakat Institut Milken Universitas George Washington.

Dia juga penulis buku baru, "Lifelines: A Doctor's Journey in the Fight for Public Health."

Melihat hasil penelitian ilmiah

ILUSTRASI - Peserta menjalani vaksinasi saat kegiatan vaksinasi Covid-19 kolaborasi Kompas Gramedia dan Kalbe di halaman BPOM Pekanbaru, Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (7/9/2021). Vaksinasi Covid-19 tersebut menargetkan ibu hamil dan masyarakat umum. Selain vaksinasi, terdapat bantuan sosial dari donasi pembaca Kompas yang diwakilkan oleh DKK (Dana Kemanusiaan Kompas) kepada masyarakat sekitar area vaksinasi. Acara tersebut turut dihadiri oleh Gubernur Riau, Syamsuar, Kepala Balai Besar POM di Pekanbaru, Yosef Dwi Irwan, Ketua FKD Pekanbaru, Del Fadilah, Area Bussiness Manager PT Enseval Putera Metragading Cabang Pekanbaru, Safwan, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Arnaldo Eka Putra, dan juga perwakilan Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM).
ILUSTRASI - Peserta menjalani vaksinasi saat kegiatan vaksinasi Covid-19 kolaborasi Kompas Gramedia dan Kalbe di halaman BPOM Pekanbaru, Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (7/9/2021). Vaksinasi Covid-19 tersebut menargetkan ibu hamil dan masyarakat umum. Selain vaksinasi, terdapat bantuan sosial dari donasi pembaca Kompas yang diwakilkan oleh DKK (Dana Kemanusiaan Kompas) kepada masyarakat sekitar area vaksinasi. Acara tersebut turut dihadiri oleh Gubernur Riau, Syamsuar, Kepala Balai Besar POM di Pekanbaru, Yosef Dwi Irwan, Ketua FKD Pekanbaru, Del Fadilah, Area Bussiness Manager PT Enseval Putera Metragading Cabang Pekanbaru, Safwan, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Arnaldo Eka Putra, dan juga perwakilan Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM). (TribunImages/Smart FM/Khairani Putri Ananda)

Baca juga: Sertifikat Vaksin Israel Kadaluarsa dalam 6 Bulan, Penduduk Wajib Suntik Booster untuk Memperbarui

Baca juga: Ilmuwan Kesehatan Sebut Booster Vaksin mRNA Dikaitkan dengan Peradangan Jantung

Dr. Leana Wen mengajak publik untuk merujuk pada hasil penelitian, yang menunjukkan vaksin efektif untuk mengurangi rawat inap akibat Covid-19.

"Kita harus mulai dengan sains dan apa yang ditunjukkan oleh penelitian. Vaksin Covid-19 luar biasa efektif dalam mencegah penyakit dan terutama penyakit parah," katanya, dilansir TribunHealth.com dari CNN.

2 dari 4 halaman

Dia merujuk data terbaru CDC AS yang menunjukkan, vaksin telah mengurangi kemungkinan terpapar Covid-19 hingga enam kali lipat dan kemungkinan kematian hingga 11 kali lipat.

Artinya orang yang telah divaksinasi penuh enam kali lebih kecil kemungkinannya terkena Covid-19 daripada seseorang yang tidak divaksinasi.

Kemungkinannya untuk meninggal akibat Covid-19 juga 11 kali lebih kecil dibandingkan dengan orang yang tidak divaksinasi.

"Itu sangat bagus," paparnya.

Vaksin tak 100 persen efektif, namun bukan berarti tak bekerja

Ilustrasi Covid-19 --- FOTO: Sejumlah tenaga medis sedang menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang penuh hingga sebagian pasien harus dirawat di selasar depan IGD RSUP Dr Kariadi, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (15/6/2021). Kondisi tersebut juga terjadi pada sejumlah rumah sakit di Kota Semarang bersamaan dengan meningkatnya kasus Covid-19.
Ilustrasi Covid-19 --- FOTO: Sejumlah tenaga medis sedang menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang penuh hingga sebagian pasien harus dirawat di selasar depan IGD RSUP Dr Kariadi, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (15/6/2021). Kondisi tersebut juga terjadi pada sejumlah rumah sakit di Kota Semarang bersamaan dengan meningkatnya kasus Covid-19. (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)

Baca juga: Dr. Mursyid Bustami,Sp.S, KIC Tegaskan Jika Vaksin COVID-19 Tidak Meningkatkan Kekentalan Darah

Dia tak menampik vaksin tak 100 persen efektif.

Kendati demikian, hal itu juga tak berarti vaksin tidak efektif.

"Namun, vaksin Covid-19 tidak melindungi Anda 100%. Tidak ada vaksin, kemungkinan besar hampir tidak ada perawatan medis yang 100% efektif," tandasnya.

"Itu tidak berarti vaksin tidak bekerja, atau Anda tidak boleh mendapatkannya."

Beberapa orang tetap berisiko parah

3 dari 4 halaman

Meski telah mendapatkan vaksin, beberapa orang berisiko tetap mengalami komplikasi parah jika terinfeksi virus corona.

Dr. Wen menyebut mantan Menlu AS adalah salah satunya.

"Ya, dan berdasarkan apa yang telah dipelajari, Jenderal Powell termasuk dalam kategori itu," paparnya.

"Kita tahu bahwa individu yang lebih tua dan memiliki kondisi medis yang mendasari lebih mungkin menderita penyakit parah dan meninggal setelah infeksi terobosan."

"Mereka yang berisiko tertentu adalah orang-orang yang kekebalannya terganggu."

"Memiliki multiple myeloma akan menempatkan Jenderal Powell ke dalam kategori ini, dan, selain usianya yang lebih tua, akan menambah tingkat risiko," tandasnya.

Perlunya booster

Ilustrasi vaksinasi. Petugas kesehatan menyuntikan vaksin COVID-19 pada warga.
Ilustrasi vaksinasi. Petugas kesehatan menyuntikan vaksin COVID-19 pada warga. (TRIBUNNEWS/Jeprima)

Baca juga: Ibu Hamil Lebih Berisiko Alami Pendarahan Berat jika Terpapar Covid, Vaksinasi Jadi Kunci Pencegahan

Karena hal inilah pemerintah AS merekomendasikan booster vaksin terhadap kelompok tertentu.

"Kembali pada bulan Agustus, pejabat kesehatan federal merekomendasikan agar orang dengan gangguan kekebalan sedang atau berat, yang memiliki vaksin Pfizer atau Moderna, menerima dosis ketiga vaksin."

"Mereka memperingatkan bahwa bahkan dengan dosis tambahan, individu dengan gangguan kekebalan harus mengambil tindakan pencegahan tambahan."

4 dari 4 halaman

"Itu karena ini adalah kategori orang yang sangat rentan terhadap hasil yang parah," pungkasnya.

Baca berita lain tentang Covid-19 di sini.

(TribunHealth.com/Nur)

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comPandemi Covid-19VaksinAmerika SerikatCovid-19virus coronaColin Powell Quincy Jones Pager (Beeper) Brittney Griner
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved