TRIBUNHEALTH.COM - Untuk kesehatan jantung, mendengkur lebih berbahaya dibandingkan dengan kadar kolesterol tinggi, kegemukan, dan bahkan kebiasaan merokok.
Di dalam kedokteran kesehatan tidur, mendengkur tidak penting suaranya.
Yang terpenting adalah gangguan nafas yang terjadi saat tertidur.
Gangguan nafas saat tidur disebut dengan sleep apnea.
Saluran nafas pada penderita sleep apnea tersumbat, seolah-olah dalam tidur tercekik dan sangat berbahaya.
Gerakan nafas namun udara tidak ada yang bisa lewat.

Baca juga: Meningkatkan Kualitas Darah Harus Disesuaikan dengan Penyebabnya, Begini Penjelasan Dokter
Karena merasa sesak maka akan terbangun.
Sleep apnea akan berulang sepanjang malam.
Jika sepanjang malam berulang kali terbangun tanpa sadar, akibatnya proses tidur terpotong sehingga kualitas tidur buruk.
Akibatnya di siang hari adalah Hypersomnia.
Hypersomnia adalah rasa kantuk yang berlebihan.
Walau sudah tidur selama 7 jam ataupun 9 jam masih tetap merasa lelah dan mengantuk.
Di dalam dunia kedokteran kesehatan tidur, insomnia disikapi sebagai gejala atau diagnosa penyakit akhir.
Baca juga: Dokter Mata Sebut Kondisi Katarak yang Tidak Parah, Tidak Akan Memberikan Gangguan pada Mata
Insomnia masih memiliki banyak diagnosis akhir.
Dari susah tidur, sulit mempertahankan tidur, dan mudah terbangun.
Orang yang sengaja membatasi tidurnya dengan deadline, pekerjaan, atau tugas sekolah pada akhirnya merasa ngantuk di siang hari.
Keluhannya bukan tidak bisa tidur, namun karena rasa kantuknya.
Remaja yang sering merasa ngantuk di jam-jam tertentu sering disebut dengan Delayed Sleep Phase.
Yakni gangguan pada irama jam biologis, dimana hanya bisa tidur pada jam-jam tertentu.
Jam biologis pada usia remaja tergolong unik.
Mereka membutuhkan tidur lebih banyak 8 hingga 9 jam perhari.
Ini disampaikan pada channel YouTube KompasTV, bersama dengan dr. Andreas Prasaja, Praktisi kesehatan tidur. Selasa (17/5/2016)
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)