TRIBUNHEALTH.COM - Transfusi darah merupakan suatu proses penyaluran darah dari satu orang ke orang lain, ke dalam sistem peredaran darah orang tersebut.
Transfusi darah biasanya dilakukan kepada orang yang kehilangan banyak darah yang disebabkan karena beberapa hal seperti operasi, trauma ataupun akibat dari kelainan penyakit darah.
Sebelum melakukan transfusi darah, biasanya akan dilakukan pemeriksaan golongan darah, uji rhesus, serta uji silang antara darah pendonor dan darah resipien.
Kondisi ini dilakukan untuk menghindari reaksi transufi yang bersifat fatal.
Lalu, apakah yang dimaksud dengan reaksi transfusi darah?
Dilansir TribunHealth.com, dalam tayangan YouTube Kompas Tv program Ayo Sehat, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Lugiyanti Sukrisman menjelaskan mengenai reaksi transfusi darah.
Baca juga: Mengenal Komponen Darah beserta Fungsinya dari Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Reaksi transfusi darah merupakan suatu kondisi komplikasi dari transfusi darah yang berupa respon imun terhadap sel darah transfusi, dapat juga berupa respons non imun sebagai akibat dari kelebihan beban sirkulasi, seiderosis transfusi atau penularan infeksi.
dr. Lugi menjelaskan bahwa reaksi transfusi itu memang suatu efek samping yang dapat terjadi pada setiap komponen transfusi darah.
Baik itu pada sel darah merah ataupun pada trombosit. Selain itu, reaksi ini juga bisa menyerang pada plasma yang mengandung komponen darah.
Reaksi transfusi darah pada tingkat yang ringan dapat berupa gatal-gatal ataupun demam.
Selain itu, reaksi lain yang timbul antara lain adalah napas pendek, nyeri, berdebar-debar, menggigil dan tekanan darah menurun.
dr. Lugi memamparkan jika terjadi kondisi yang seperti ini, maka harus dilakukan pengawasan dan harus dimonitor.
Ia melanjutkan, karena reaksi transfusi seperti gatal-gatal tersebut bisa menjadi ke reaksi transfusi yang lebih berat atau fatal.
Baca juga: Tanda Kualitas Darah yang Menurun, Dokter: Tubuh Akan Merasa Cepat Lelah

"Pada umumnya kami selalu mencatat dan juga memonitor pasien kalau terjadi efek samping dari transfusi darah," papar dr. Lugi.
"Jika keadaan seperti ini, biasanya kami akan menghentikan dulu transfusinya dan kemudian dilakukan observasi."
"Ketika kita berikan obat keadaan tersebut membaik, maka transfusi akan kami teruskan," terang dr. Lugi.
"Namun jika reaksinya tidak membaik, maka beberapa kasus harus kami hentikan," lanjutnya.
dr. Lugi melanjutkan bahwa kondisi ini harus dilaporkan kepada UTD PMI yang memberikan transfusi darah sebagai laporan.
Penjelasan ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Lugiyanti Sukrisman dalam tayangan YouTube Kompas Tv program Ayo Sehat pada 14 Juni 2021.
Baca juga: Mengenal Penyakit Kelainan Darah yang Banyak Terjadi di Indonesia Bersama Dokter Penyakit Dalam
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/Irma)