TRIBUNHEALTH.COM - Kebutuhan Terapi Plasma Konvalesen (TPK) bisa berbeda-beda setiap pasien Covid-19.
Hal itu disampaikan oleh pakar, Dr. dr. Theresia Monica Rahardjo, SpAn., KIC., M.Si.,. MM., MARS dalam program Diginas Tribun Network pada Jumat (16/7/2021).
"Kalau kita lihat, plasma konvalesen itu hanya diberikan terutama pada stadium Covid-19 sedang," katanya, dikutip TribunHealth.com.
Lalu apa yang menjadi kriteria sedang?
"Pedomannya napas semenitnya berapa."
"Kalau napasnya udah mulai mampet, susah, lebih dari 20 kali per menit itu sudah salah satu indikasi mendapatkan plasma."
Baca juga: Ketika Ibu Hamil Disuntik Vaksin Covid-19, Apakah Janin juga Membentuk Antibodi Dok?
Baca juga: Satgas Covid-19 Imbau Masyarakat Patuh selama PPKM Darurat Berlangsung

Apa lagi jika yang bersangkutan juga merasakan demam yang tak kunjung turun dan memiliki penyakit komorbid.
"Kapan? Satu minggu pertama kalau demam. Paling telat, tiga hari sejak napas sesak atau tidak enak," jelasnya.
Dr. dr. Theresia Monica Rahardjo menjelaskan jumlah plasma pun juga berbeda.
Dia mencontohkan, pada orang yang sehat akan membutuhkan plasma yang lebih sedikit.
Berbeda jika yang bersangkutan memiliki penyakit penyerta.
Dalam kondisi tersebut, tubuh membutuhkan plasma yang lebih untuk melawan virus.
"Kalau misalnya stadium sedang, umumnya dikasih 2, atau 3 kalau ada komorbid."

Baca juga: Penelitian Terbaru: Anak Punya Risiko Kematian Akibat Covid-19 Paling Kecil
Baca juga: Perlu Tahu, Ini Beda Sakit Tenggorokan Biasa dengan Gejala Covid-19, Simak Ulasan Dokter Berikut
"Kalau stadium berat, bisa 3-4."
"Kalau stadium kritis bisa 5-6," papar Dr. dr. Theresia Monica Rahardjo.
Dalam hal ini, dia menjelaskan pentingnya memberikan plasma konvalesen sedini mungkin.
Karena antibodi dalam plasma tersebut berfungsi untuk membasmi virus.
Lain cerita jika donor diberikan ketika pasien mulai mengalami kerusakan organ.
Pada tahap tersebut, virus tetap bisa berangsur hilang.
Kendati demikian, organ yang terlanjur rusak tidak bisa diperbaiki.