TRIBUNHEALTH.COM - Varian delta adalah satu di antara hasil mutasi virus corona.
Virus varian ini pertama kali diidentifikasi di India.
Hingga kini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut setidaknya varian varian B.1.617.2 ini sudah menyebar ke 85 negara.
Memang varian delta diketahui lebih mudah menyebar dari pada varian lain.
Diberitakan TribunHealth.com dari CNN, Public Health England melaporkan varian Delta menyumbang 99% dari kasus Covid-19 di Inggris pada pertengahan Juni.
European Centre for Disease Prevention and Control bahkan memprediksi varian ini bakal menyumbang 90 persen kasus di Eropa pada akhir Agustus 2021.
Baca juga: Pandemi Covid-19 Bisa Picu Kecemasan, Dokter: Segera Konsultasi jika Sudah Ganggu Kehidupan
Baca juga: Ketua Komnas KIPI: Baru Vaksin Pertama Namun Terpapar Covid-19, Tetap Harus Lanjut Vaksin Kedua
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) sekarang memperkirakan varian tersebut menyumbang 26% dari kasus Covid-19 baru per 19 Juni.
Perusahaan pengujian genetik Helix, mengatakan kepada CNN, pihaknya memperkirakan saat ini varian delta menyumbang 40% kasus di AS.
Bukan tanpa alasan mengapa varian delta bisa dengan cepat mendominasi penularan.
Pihak WHO membenarkan bahwa jenis ini memang paling menular.
Baca juga: Simak Tips dari Dokter dalam Menjaga Kesehatan Keluarga dari Covid-19
Baca juga: Rumah Sakit Mulai Penuh, Dokter Bagikan Tips Isolasi Mandiri bagi Pasien Covid-19 Bergejala Ringan
"Delta adalah yang paling menular dari varian yang diidentifikasi sejauh ini," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO.
Virus membawa sekelompok mutasi, termasuk yang dikenal sebagai L452R, yang membantunya menginfeksi sel manusia dengan lebih mudah.
Berbagai pihak juga menuturkan hal yang sama.
"Kami mengetahui virus ini, varian dari Covid, sangat menular -- paling menular yang pernah kami lihat hingga saat ini," kata Ahli Bedah Umum AS Dr. Vivek Murthy kepada CNN.
"Ini, sekali lagi, merupakan ancaman serius dan kami melihatnya menyebar di antara orang-orang yang tidak divaksinasi."
*Baca artikel lain seputar Covid-19 di sini.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)