TRIBUNHEALTH.COM - Glaukoma menjadi penyakit yang menyebabkan kebutaan mata kedua setelah katarak.
Bahkan, glaukoma bisa menimbulkan kebutaan permanen jika sudah pada tahap berat.
Akan tetapi, penyakit ini tergolong penyakit yang bisa diantisipasi sebelumnya.
Hal itu disampaikan oleh dokter spesialis mata, Asroruddin Zoechni, dalam program Sapa Kalbar yang tayang di YouTube KompasTV Pontianak.
Sebelumnya, dia menjelaskan jenis-jenis glaukoma.
Pertama adalah glaukoma primer.
Baca juga: Menjaga Kesehatan Mata Saat Pandemi untuk Menghindari Terjadinya Dry Eye
Baca juga: Kenali Beberapa Penyebab dan Cara Penanganan Katarak Pada Mata
Glaukoma primer adalah glaukoma yang disebabkan faktor bawaan.
Jenis ini terbagi menjadi dua, yakni sudut tertutup dan sudut terbuka.
"Yang biasa tidak menyebabkan gejala sama sekali ini yang sudut terbuka," paparnya.
Kendati demikian, pada beberapa pasien mengeluhkan pegal pada area mata.
Tidak adanya gejala yang berarti menyebabkan penyakit ini sulit untuk dideteksi dini.
Selain gejala pegal pada amta, dr Asroruddin Zoechni mengingatkan untuk melihat riwayat keluarga.
Pasalnya, glaukoma sangat dipengaruhi oleh hereditas atau faktor bawaan.
Jika anggota keluarga ada yang mengalami, baiknya segera waspada.
Terlebih lagi ketika berusia lebih dari 40 tahun.
Baca juga: Berikut Ini Penyebab Kantung Mata Kendur yang Penting untuk Diketahui
Baca juga: Sering Menatap Layar? Berikut Tips Menjaga Kesehatan Mata
Pada usia tersebut, faktor risiko penyakit ini menjadi lebih besar.
Selain disebabkan faktor keturunan, penyakit ini bisa muncul akibat sembarangan mengonsumsi obat.
Bahkan, pada beberapa kasus, dr Asroruddin menyebut kebutaan bisa muncul dua minggu setelah penggunaan obat.
"Misalkan dia menggunakan obat steroid ya, obat tetes mata yang ada steroidnya," paparnya.
Karena itu, penting untuk tidak sembaran mengulang resep dokter.
Obat tetes mata yang diresepkan dokter, tidak serta merta menjadi solusi untuk keluhan yang sama di kemudian hari.
"Itu biasanya dalam dua minggu, jika dia memiliki risiko dari keluarganya, itu jadi lebih cepat," tandasnya.
Baca artikel lain seputar kesehatan umum di sini
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)