TRIBUNHEALTH.COM - Belakangan, Indonesia disebut sebagai fatherless country.
Istilah ini merujuk pada keluarga yang masih memiliki sosok ayah, namun minim keterlibatan dalam pola asuh anak.
Penjelasan ini disampaikan oleh Konselor TamTem Playground, Fathia Nurul Amrina, S.Psi., M.Psi, ketika menjadi narasumber program Healthy Talk TribnHealth.com.
“Fatherless country, negara yang masyarakatnya ini tidak merasakan keterlibatan peran ayah baik secara psikologis maupun fisik,” paparnya.
Fathia menuturkan, data statistik menunjukkan bahwa angka fatherless di Indonesia mencapai 20,9 persen pada 2021.
Sementara pada tahun 2023, Indonesia bahkan dinobatkan menjadi negara dengan tingkat fatherless ketiga terbesar.
“Jadi memang masih harus diperhatikan terkait fenomena fatherless country ini. Karena memang sebenarnya kan banyak banget impact-nya ketika peran ayah yang kurang terlibat untuk anaknya.”
Baca juga: Begini Ciri-ciri Anak yang Alami Toxic Parenting, Simak Ulasan dari Praktisi Parenting Berikut
Peran ayah bukan hanya pencari nafkah
Senada, Co-Founder TamTem Playground, Mario Nicolas, mengatakan bahwa dirinya juga merasakan adanya fenomena fatherless di sekitarnya.
Banyak sosok ayah yang belum aware terhadap isu keterlibatan dalam pola asuh.
Ada semacam anggapan bahwa tugas utama ayah adalah untuk mencari nafkah, sementara parenting adalah tanggung jawab ibu.
“Bener kata Mbak Fathia. Bahkan di lingkungan saya yang hidup di kota besar banyak rekan yang menanyakan, kok banyak banget spend waktu untuk anak?”
“Kita kan bapak, harusnya cari nafkah gitu ya. Bangun pagi, berangkat kantor, pulang malam, tidur. Tugasnya ibu yang spend waktu untuk anak-anak.”
“Sehingga banyak temen-temen yang belum tahu kalau anaknya sudah bisa jalan, belum tahu kalau anaknya mulai bisa baca, belum tahu kalau anaknya sudah bisa nyanyi, gitu,” kata Mario.
Padahal kehadiran ayah bagi anak adalah hal penting yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
“Kenapa? Karena parent, orang tua, itu bukan satu. Bukan hanya ibu, tetapi juga ada ayah. Beban untuk membesarkan anak itu luar biasa besar… dan tentu saja itu tidak bisa menjadi tanggung jawab satu pihak saja. Itu harus dilakukan bersama-sama…,” lanjutnya.
Baca juga: dr. Almira Muthia Jelaskan Gejala Demam Berdarah Pada Anak yang Perlu Diwaspadai
Bangun komitmen, lalu mulailah terlibat dengan aktivitas anak
Berbicara soal parenting memang selalu mudah diucapkan, namun sulit untuk diterapkan.
Mario Nicolas setuju dengan hal ini dan oleh karena itu, dia menekankan pentingnya komitmen pada diri sendiri.
“Nomor satu yang harus kita siapkan adalah diri kita sendiri. Sebagai ayah pasti kesibukannya luar biasa… Satu kita sadari dulu bahwa fungsi dan peran kita bukan hanya sebagai pencari nafkah, tapi juga sebagai ayah,” ujarnya.