TRIBUNHEALTH.COM - Gigi palsu atau gigi tiruan tak asing lagi di telinga kita.
Biasanya gigi palsu ini digunakan oleh orang lansia yang sudah kehilangan gigi aslinya.
Terdapat dua jenis gigi palsu, yakni gigi palsu lepasan dan gigi paksu cekatan atau fix.
Hilangnya gigi asli bisa menyebabkan gangguan mengunyah dan fonetik.
Tak heran mengapa seseorang yang ompong memilih menggunakan gigi palsu, selain untuk fungsi pengunyahan juga untuk estetika.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gigi palsu, kita bisa bertanya langsung dengan dokter gigi berkompeten seperti Dr. drg. Munawir H. Usman SKG., MAP.
Baca juga: Atasi 5 Masalah Kesehatan dengan Air Kunyit, Termasuk Kontrol Gula Darah
Pertanyaan:
Dokter, berapa lama gigi palsu dapat bertahan? Apa ada waktu tertentu?
Imam, di Bojonegoro
Dr. drg. Munawir H. Usman SKG., MAP menjawab:
Menyangkut berapa lama bertahan itu sebenarnya tidak ada waktu tertentu yang disebutkan, secara teori ya.
Jadi lebih kepada kita melihat bagaimana kondisi gigi tiruan tersebut.
Misalnya kalau kita menggunakan gigi tiruan lepasan, yang namanya gigi tiruan lepasan sangat berisiko, rawan jatuh, sehingga patah dan sebagainya. Tentunya harus sudah dilakukan pergantian atau perbaikan, apabila masih bisa dilakukan perbaikan.
Selanjutnya, misalnya gigi tiruan itu penggunaan yang lama, bisa mengalami keausan.
Keausan maksudnya gigi tiruannya mengalami abrasi, karena penggunaannya lama.
Baca juga: Perawatan Tarik Benang Aptos Apa Bisa Dibarengi dengan Treatment Lain Dok?
Kalau sudah tidak cocok atau mengalami kelonggaran ataukah sudah tidak cocok artikulasi maupun oklusinya, tentu harus kita lakukan pergantian.
Sedangkan untuk gigi tiruan cekat, tentu proses pergantiannya apabila misalnya gigi tiruan tersebut sudah mengalami kerusakan seperti gigi tiruan jembatan, bisa saja terjadi karies pada gigi-gigi penyangganya, sehingga memerlukan perbaikan-perbaikan karena ketidakcocokan pada gigi tersebut.
Oleh karena itu, tergantung pada kondisi gigi tiruan tersebut.
Menyangkut masalah waktu, berapa lama dan sebagainya, selama masih nyaman, masih cocok dan tidak menimbulkan hal-hal yang lain, saya kira masih sah-sah saja selamanya.
Profil Dr. drg. Munawir H. Usman SKG., MAP
Baca juga: Cara Konsumsi Jahe untuk Mengontrol Kadar Kolesterol Jahat, Campurkan Bahan Ini