TRIBUNHEALTH.COM - Sering kita jumpai di lingkungan sekitar, wanita yang mengalami rahim turun atau turun peranakan.
Turun peranakan dalam istilah medisnya disebut dengan prolaps uteri.
Namun, masyarakat awam lebih mengenal rahim turun atau prolaps uteri ini dengan sebutan turun berok.
Kasus turun berok rentan dialami oleh wanita pasca melahirkan, pasca menopause dan juga wanita usia lanjut.
Memang, turun peranakan berisiko dialami wanita, namun kondisi ini masih bisa dicegah.
Banyak orang yang percaya jika turun peranakan bisa sembuh dengan cara diurut ke dukun.
Bagaimana menurut pandangan medis?
Baca juga: 10 Ramuan Alami untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh Selama Musim Dingin
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan (konsultan uroginekologi dan rekonstruksi), dr. Asih Anggraeni menyampaikan tanggapannya pada tayangan YouTube TribunHealth mengenai pandangan medis soal turun peranakan diurut ke dukun.
Banyak anggapan yang beredar di masyarakat bahwa kondisi turun peranakan bisa diatasi dengan cara diurut ke dukun, agar rahim kembali naik ke atas.
Tentunya bagi beberapa orang, hal ini masih menjadi pertanyaan.
dr. Asih menuturkan bahwa hal tersebut tidak benar.
Ketika rahim sudah turun, maka ligamen penyangga sudah lemah.
Ia menerangkan jika kondisi turun peranakan bisa diatasi dengan ring pessarium.
"Tidak juga, dia (rahim) udah turun. Kan udah lemah ligamen penyangganya kan. Ya bisanya mungkin dengan ring pessarium itu. Gak mungkin diurut terus naik sendiri rahimnya, enggak," kata dr. Asih.
dr. Asih pun menegaskan, kondisi turun peranakan ini sebaiknya jangan diurut.
"Jangan diurut,"
Baca juga: 6 Rutinitas Pagi untuk Meningkatkan Produktivitas
Cara Mencegah Turun Berok atau Turun Peranakan
Banyak wanita yang ingin mengetahui apakah turun peranakan bisa dicegah meskipun memiliki faktor risiko.
dr. Asih Anggraeni menyampaikan, faktor risiko dari turun peranakan ialah melahirkan terlalu sering.
Maka dari itu, cara mencegahnya ialah menjaga jarak persalinan, dua anak cukup dan mengikuti aturan pemerintah.
"Kan kita sudah tau ya, faktornya tadi kan melahirkan terlalu sering. Jadi mencegahnya ya jangan terlalu sering, kita harus menjaga jarak persalinannya. Dua anak cukup, ikuti aturan pemerintah," kata dr. Asih Anggraeni.
Lanjut, kata dr. Asih cara mencegahnya juga dengan menjaga berat badan jangan sampai obesitas.
Perlu diet, berolahraga, tidak merokok dan menerapkan gayanhidup sehat.
Baca juga: 10 Junk Food yang Harus Dihindari, Membahayakan Kesehatan
Selain itu, juga jangan melakukan angkat-angkat berat.
"Kemudian jangan terlalu obesitas badannya. Jadi kita harus diet, olahraga, tidak merokok, gaya hidup sehat lah. Kemudian jangan angkat-angkat berat ,"
Berkaitan dengan usia, tentunya hal ini tidak bisa dihindari karena setiap tahun usia semakin bertambah.
"Kalau usia kan kita tidak bisa menghindar, setiap tahun pasti kita akan menjadi tua gitu kan," lanjutnya.
Berikut Usia yang Berisiko Mengalami Turun Berok
dr. Asih Anggraeni menuturkan bahwa hal ini dilihat dari faktor predisposisi usia.
Ia menambahkan, turun peranakan paling banyak ditemukan pada usia 40 atau 50 tahun ke atas.
"Karena tadi kita lihat dari faktor predisposisi usia, memang paling banyak ditemukan pada usia 40 ke atas atau 50 ke atas," ujar dr. Asih Anggraeni.
Namun, pada usia muda kata dr. Asih biasanya faktor risikonya karena terlalu sering.
Baca juga: 6 Manfaat Minum Air Kelapa Muda bagi Ibu Hamil
Ia mengungkapkan jika ada wanita yang masih berusia 26 tahun dan sudah hamil 3 atau 4 kali, kondisi turun peranakan ini baru kelihatan ketika memasuki usia 40 tahun.
"Tapi kalau orang usia muda, itu biasanya faktor risikonya dia terlalu sering. Ada wanita usia 26 tahun sudah hamil 3 atau 4 itu baru kelihatan nanti di usia-usia 40 tahun biasanya turun beroknya,"
dr. Asih menuturkan jika kondisi turun peranakan jarang terjadi di usia muda. Akan tetapi, jika dilakukan pemeriksaan mungkin akan ditemukan suai muda yang sudah mengalami turun peranakan.
Hanya saja, kebanyakan masyarkaat tidak akan memeriksakan diri ke dokter jika tidak ada keluhan yang mengganggu.
"Tapi di usia-usia muda sih jarang," tambahnya.
"Kalau diperiksa sih mungkin akan ketemu ya, cuma pasien-pasien tidak akan periksa kalau tidak ada keluhan yang mengganggu." pungkas dr. Asih .
Ini disampaikan oleh dr. Asih Anggraeni Sp.OG(K). Seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan (konsultan uroginekologi dan rekonstruksi) dari RS Nirmala Suri
Sukoharjo.
(TribunHealth.com/PP)