TRIBUNHEALTH.COM - Di dunia kedokteran modern, terutama di bidang onkologi, perkembangan terbaru terapi kanker telah mengarah pada adopsi teknologi inovatif yang menjanjikan perubahan paradigma dalam manajemen penyakit.
Salah satu pendekatan terbaru yang menonjol adalah terapi sel T dengan reseptor antigen kimerik (CAR-T), yang menjadi harapan baru bagi pengobatan kanker, khususnya limfoma (kanker kelenjar getah bening dan limfosit).
Opini ini mengeksplorasi potensi dan tantangan CAR-T, melalui multiperspektif bioimunogenomik dalam meningkatkan efektivitas terapinya.
Berikut ini uraian artikel ilmiah yang dipublikasikan di journal internasional Q1, dengan Impact Factor 6.8. SCOPUS di Journal Advanced Pharmaceuticals Bulletin dengan Judul The Art of Bioimmunogenomics (BIGs) 5.0 in CAR-T Cell Therapy for Lymphoma Management.
Artikel tersebut ditulis oleh Dr. Anurogo D, dkk, sedangkan Prof. Taruna Ikrar sebagai koresponden Author atau penanggung jawab ilmiah.
Prof. dr. Taruna Ikrar, M.D., M.Pharm., M. Biomed., Ph.D merupakan direktur International Association of Medical Regulatory Authorities (IAMRA).
Terapi CAR-T: Pionir Imunoterapi
Terapi CAR-T merupakan inovasi bioteknologi dalam bidang imunoterapi yang bertujuan untuk memodifikasi sel T pasien agar dapat mengenali dan menyerang sel kanker, khususnya pada limfoma sel B non-Hodgkin.
Dengan menargetkan antigen spesifik seperti CD19, CD20, dan CD22, terapi ini menunjukkan efektivitas yang tinggi, terutama pada pasien dengan limfoma yang resisten terhadap kemoterapi.
Perkembangan terbaru menunjukkan peningkatan respons klinis dengan penggunaan dual-targeting CAR-T yang dapat menargetkan lebih dari satu antigen, sehingga meningkatkan tingkat respons objektif, kelangsungan hidup bebas progresi, dan kelangsungan hidup secara keseluruhan.
Pendekatan inovatif, seperti penggunaan cryoablation sebelum infus sel CAR-T, telah memperlihatkan hasil positif dalam mengurangi massa tumor dan mengendalikan tumor lokal pada limfoma sel B.
Strategi ini dinilai aman dan efektif untuk mengelola penyakit yang berukuran besar.
Meskipun demikian, manajemen toksisitas seperti sindrom pelepasan sitokin (CRS) tetap menjadi tantangan utama.
Pengelolaan yang tepat diperlukan untuk memastikan manfaat terapeutik optimal dan mengurangi efek samping.
Penelitian terbaru berfokus pada strategi baru untuk meningkatkan efektivitas jangka panjang dari sel CAR-T, seperti rekayasa dengan protein penangkap scFv.
Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan spesifisitas dan aktivitas anti-tumor tanpa menambah toksisitas terhadap sel sehat.
Dengan perkembangan ini, terapi CAR-T berpotensi untuk diperluas penggunaannya di luar keganasan sel B, menjadikannya pilihan yang menjanjikan dalam pengobatan limfoma non-Hodgkin yang sulit diobati.
Penelitian terus dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan pengelolaan efek samping guna mencapai hasil klinis yang lebih baik.
Keuntungan dan Kekurangan Terapi CAR-T
Keunggulan utama dari terapi CAR-T adalah kemampuannya untuk meningkatkan aktivitas pembunuh tumor oleh sistem kekebalan tubuh, terutama pada pasien dengan limfoma yang resisten terhadap kemoterapi.
Namun, terapi ini juga memiliki tantangan signifikan, termasuk biaya produksi yang tinggi, kompleksitas teknis, dan risiko efek samping yang serius seperti sindrom pelepasan sitokin (CRS) dan neurotoksisitas.
Tantangan dalam Produksi dan Regulasi Global
Produksi CAR-T cells memerlukan proses amat rumit dan lama.