Peran Lingkungan Terdekat dalam Mengatasi Stres pada Remaja

Penulis: Putri Pramestianggraini
Editor: Ahmad Nur Rosikin
ilustrasi peran orangtua dalam mengatasi stres pada remaja

Contoh pola asuh ada yang diabaikan, misalnya orangtua tidak mau mengurus anak, sehingga anak diurus oleh oranglain. Bisa saja ketika anak lapar dibiarkan saja, sehingga anak merasa tertekan dan merasa dendam dengan orangtua.

Yang kedua adalah dimanja atau permisif. Anak yang dimanja dan semua keinginannya dipenuhi.

Baca juga: 14 Tips Sederhana Ini Efektif Mencegah Diabetes

Bahkan ada juga yang tidak bisa makan sendiri, sehingga harus disuapi oleh orangtua. Tentunya ini bisa berdampak buruk pada kondisi remaja.

"Ya tentunya sangat berpengaruh ya. Contoh pola asuh itu kan ada, satu diabaikan. Diabaikan itu barangkali anaknya gak diurusin gitu, diurus oranglain. Mungkin anaknya itu lapar dibiarin, gitu ya. Jadinya merasa tertekan, sehingga ada dendam sama orangtua. Dampaknya buruk," ujar psikolog Adib Setiawan.

"Yang kedua adalah dimanja atau permisif. Jadi anak remaja ini dimanja, sehingga semuanya dipenuhi, sampai pakai baju aja kadang kala anak gak bisa. Sampai mungkin masih remaja masih disuapi. Makan gak bisa sendiri karena orangtuanya. Nah ini bisa berdampak pada kondisi remaja," lanjutnya.

Psikolog Adib menuturkan, pola asuh yang baik ialah menyeimbangkan antara peraturan dan kasih sayang.

ilustrasi seseorang remaja yang mengalami stres (freepik.com)

Baca juga: Bagaimana Tekanan Darah Tinggi pada Ibu Hamil Bisa Terjadi?

Ia melanjutkan, orangtua harus autoritatif atau demokratis, sehingga anak memiliki skill atau keterampilan untuk mengembangkan diri misalnya menyukai olahraga atau matematika.

Lanjut, dikatakan psikolog Adib diharapkan anak annti memiliki skill keterampilan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.

"Yang bagus adalah menyeimbangkan antara peraturan dan kasih sayang. Autoritatif atau demokratis, sehingga anak punya skill keterampilan untuk mengembangkan diri, ada kebebasan untuk mengembangkan diri apa yang dia suka. Misalnya suka olahraga atau matematika, sehingga anak bisa mengembangkan diri," sambung psikolog Adib.

"Sehingga diharapkan nanti anak punya skill keterampilan untuk menyesuakan diri dengan lingkungannya." pungkasnya.

Ini disampaikan pada channel YouTube TribunHealth bersama dengan Adib Setiawan, Sp.Psi., M.Psi. Seorang psikolog keluarga dan pendidikan anak dari Yayasan Praktek Psikolog Indonesia.

(TribunHealth.com/PP)