Pemeriksaan dan Derajat Keparahan Hemofilia: Pentingnya Memahami Gangguan Pembekuan Darah

Penulis: Dhiyanti Nawang Palupi
Editor: Melia Istighfaroh
Pemeriksaan dan Derajat Keparahan Hemofilia: Pentingnya Memahami Gangguan Pembekuan Darah

TRIBUNHEALTH.COM - Hemofilia merupakan gangguan pembekuan darah yang dapat menyebabkan darah sulit membeku karena kekurangan faktor pembekuan darah atau koagulasi di dalam tubuh.

Kondisi ini bersifat genetik dan dapat diturunkan dari anggota keluarga.

Untuk mengetahui derajat keparahan hemofilia, pemeriksaan dasar perlu dilakukan oleh dokter.

Ini meliputi pemeriksaan darah lengkap.

Baca juga: 5 Alasan Mengapa Buah Sawo Harus Masuk Daftar Makanan Sehat Anda

Menurut dr. Olga Rasiyanti Siregar, M.Ked(Ped), Sp.A(K), pemeriksaan ini biasanya tidak begitu bermakna jika perdarahannya tidak banyak.

Selain itu, terdapat juga pemeriksaan khusus seperti Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) untuk menguji proses pembekuan darah.

ilustrasi hemofilia (m.tribunnews.com)

Jika APTT memanjang, maka dilakukan pemeriksaan faktor pembekuan, terutama faktor VIII dan IX.

Berdasarkan hasil pemeriksaan ini, jenis hemofilia dapat ditentukan, baik hemofilia A maupun B.

Kemudian, akan ditentukan derajat keparahan hemofilia.

Derajat ringan memiliki hasil pembekuan darah sekitar 5-40 persen, sedangkan derajat sedang sekitar 1-5 persen, dan derajat berat kurang dari 1 persen.

Baca juga: 6 Makanan yang Baik untuk Diabetes, Bikin Gula Darah Stabil dan Tidak Melonjak

Dokter Olga menekankan bahwa kondisi ini dapat mengakibatkan masalah serius, seperti sulit berhenti berdarah setelah cabut gigi atau sunatan.

Umumnya, penyebab utama hemofilia adalah masalah genetik yang menyebabkan tubuh tidak memiliki cukup faktor pembekuan.

Penyakit hemofilia tidak boleh dianggap sepele karena dapat menyebabkan komplikasi serius dan bahkan mengancam nyawa.

Ilustrasi hemofilia (Pixabay)

Hemofilia adalah gangguan perdarahan genetik yang disebabkan oleh defisiensi atau disfungsi faktor pembekuan darah tertentu, seperti faktor VIII pada hemofilia A atau faktor IX pada hemofilia B.

Orang dengan hemofilia rentan mengalami perdarahan yang berlebihan, bahkan dari luka kecil sekalipun.

Perdarahan ini bisa terjadi di dalam tubuh (misalnya, dalam sendi, otot, atau organ internal) atau di luar tubuh (misalnya, pada luka).

Perdarahan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan masalah seperti nyeri yang parah, pembengkakan sendi, kerusakan sendi, dan dalam kasus yang parah, perdarahan internal yang mengancam jiwa.

Baca juga: Resep Jus Apel Jeruk Nipis, Solusi Sehat Turunkan Kolesterol Pasca Lebaran

Selain itu, hemofilia juga dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang, seperti arthritis karena kerusakan sendi yang terjadi karena perdarahan berulang, atau pembentukan gumpalan darah yang dapat terjadi sebagai respons terhadap pengobatan hemofilia.

Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengelola hemofilia dengan serius, termasuk dengan perawatan yang tepat dan pengawasan medis yang teratur.

Baca juga: 4 Manfaat Luar Biasa Bunga Putri Malu untuk Kesehatan, Penelitian Terbaru Ungkap Keajaiban Alam

Penjelasan ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Anak Konsultan Hematologi Onkologi, dr. Olga Rasiyanti Siregar, M.Ked(Ped), Sp.A(K), dalam program Healthy Talk edisi 14 Mei 2022 yang dilansir oleh Tribunhealth.com melalui tayangan YouTube Tribun Health.

Klik di sini untuk mendapatkan referensi vitamin guna meningkatkan daya tahan tubuh.

(Tribunhealth.com/DN)

Baca berita lainnya di sini.