Kata Mbah Heri, dulu ia bisa menghabiskan dua termos air dalam untuk berdagang kopi.
Namun tidak dengan sekarang, dirasakan Mbah Heri, dagangannya semakin hari semakin sepi sejak pandemi Covid-19 sampai sekarang.
Baca juga: Sering Minum Rebusan Air Daun Sirih Berkhasiat bagi Wanita, dr. Boyke: Tidak Boleh Berlebihan
"Sekarang, satu termos aja enggak habis-habis," ungkapnya.
Mbah Heri juga bercerita, walapun sudah bertahun-tahun jualan kopi keliling, pendapatannya pun tidak seberapa.
Biasanya, dalam sehari Mbah Heri bisa mendapat uang paling banyak sekitar Rp 60 ribu.
Itu pun belum dipotong untuk modal belanja kopi kembali.
Bersihnya, kata Heri, biasanya hanya bisa membawa pulang uang senilai Rp20 ribu saja dari hasil menjajakan kopi sampai larut malam.
"Ya bawa pulang paling Rp20 ribu, kan dibelanjain lagi," ungkapnya.
Meskipun fisiknya sudah tak lagi muda, semangat Mbah Heri dalam mencari nafkah tak pernah surut.
Mbah Heri mengaku, ia biasa pulang ke rumah sekitar jam 12 malam.
Kalau sore hari, ia biasanya berjualan di kawasan Pasar Anyar.
Sedangkan di malam hari ia lanjut berjualan di sekitar Pasar Bogor.
"Ya namanya nyari satu liter, dua liter beras," ungkap Heri.
Baca juga: Jangan Salah Penderita Osteoporosis Perlu Olahraga, Apa Saja? Ini Penjelasan dr. Ray Hendry Sp.OT
Harga kopi yang ia tawarkan, tidaklah mahal, segelasnya cuma Rp4 ribu saja.
Raut wajah yang penuh keramahan, selalu ditunjukan Mbah Heri saat melayani pembelinya.
Hingga kemudian, ekspresi Mbah Heri pun berubah menjadi haru.
Zara Alesha yang hendak membayar kopi yang dibelinya, tiba-tiba memberi uang senilai Rp300 ribu.
"Dari saya buat Bapak," kata Zara Alesha.
Mbah Heri hanya terdiam sekejap, bibirnya membeku dan tak mampu mengungkapkan kata-kata.
Tersadar dengan apa yang dialaminya, Mbah Heri langsung bertanya, apa maksud dari pemberian uang tersebut.