Trend dan Viral

Sebagai Hukuman, Rusia Kirim Pelaku Pelecehan Seksual ke Ukraina, Wajib Perang di Garis Depan

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Ahmad Nur Rosikin
Ilustrasi medan perang Rusia - Ukraina --- FOTO: Anggota layanan Ukraina terlihat di lokasi pertempuran dengan kelompok penyerang Rusia di ibukota Ukraina, Kyiv, pada pagi hari 26 Februari 2022, menurut personel layanan Ukraina di tempat kejadian. - Tentara Ukraina memukul mundur serangan Rusia di ibu kota, kata militer pada 26 Februari setelah Presiden Volodymyr Zelensky yang membangkang bersumpah bahwa negaranya yang pro-Barat tidak akan ditundukkan oleh Moskow. Ini dimulai pada hari ketiga sejak pemimpin Rusia Vladimir Putin melancarkan invasi skala penuh yang telah menewaskan puluhan orang, memaksa lebih dari 50.000 orang meninggalkan Ukraina hanya dalam 48 jam dan memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Eropa.

TRIBUNHEALTH.COM - Pemerintah Rusia baru saja memberikan hukuman yang terbilang unik untuk pelaku pembunuhan dan pemerkosaan.

Seorang pria yang memperkosa serta membunuh pacarnya kini 'dihukum' dengan dikirim ke Ukraina untuk perang di garis depan.

Setelah 6 bulan, tindak kriminal yang telah dilakukan bisa dimaafkan oleh negara.

Kendati demikian, pihak keluarga korban rupanya tidak senang dengan keputusan ini.

Dilansir TribunHealth.com dari DailyStar, berikut ini faktanya.

Baca juga: Ada Pemberontakan, KBRI Moskow Beri Warning ke WNI di Rusia: Selalu Bawa Identitas dan Waspada

Ilustrasi pelecehan seksual (kompas.com)

Pembunuh sadis Vladislav Kanyus, 26, dibebaskan kurang dari setahun dari hukumannya atas pembunuhan keji pacarnya, yang ditikamnya 111 kali.

Dia telah dibebaskan dan dikeluarkan dari penjara untuk berperang di garis depan Ukraina.

Bahkan Daily Star mengklaim Kanyus bukanlah satu-satunya narapidana yang dibebaskan.

Media yang berbasis di Inggris ini menyebut Vladimir Putin banyak menerapkan hukuman serupa untuk sederet narapidana lainnya.

Kronologi

Awalnya, pacar Kanyus, Vera Pekhteleva, 23, ingin berpisah dan meminta lagi semua barang-barangnya.

Tapi Kanyus justru menyiksa Pekhteleva sampai mati.

Awalnya dihukum 17 tahun, Kanyus kini telah dibebaskan setelah kurang dari setahun di balik jeruji besi.

Baca juga: Heboh Penemuan Mumi Berusia 1500 Tahun Pakai Sepatu Mirip Adidas, Bukti Adanya Penjelajah Waktu?

Keluarga korban kecewa

Polisi memblokir Lapangan Merah menjelang protes tanpa sanksi yang direncanakan terhadap invasi Rusia ke Ukraina di Moskow tengah pada 24 Februari 2022. - Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina pada hari Kamis, menewaskan puluhan dan memicu peringatan dari para pemimpin Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya. sanksi. Serangan udara Rusia menghantam instalasi militer di seluruh negeri dan pasukan darat bergerak dari utara, selatan dan timur, memaksa banyak warga Ukraina mengungsi dari rumah mereka karena suara bom. (AFP/ALEXANDER NEMENOV)

Namun keluarga korban tampak tak senang dengan keputusan ini.

"Monster ini, dibebaskan dari hukuman pidana, melarikan diri dari garis depan atau berpindah pihak, kapan saja dapat membunuh salah satu dari kita, para korban, untuk balas dendam," kata ibu Vera, Oksana.

"Ada 111 luka di tubuhnya. Dia memperkosa Vera saat dia masih hidup, dan kemudian mencekiknya dengan tali besi. Saya tidak dapat menemukan kata-kata untuk mengungkapkan kemarahan saya," komentar Pengacara Rusia dan pembela hak asasi manusia Alyona Popova.

Bisa dimaafkan setelah mengabdi bersama militer

Tank T-72B3M Rusia berparade melalui Lapangan Merah selama parade militer Hari Kemenangan di Moskow tengah pada 9 Mei 2022). Rostech, 'raksasa industri pertahanan milik negara' Rusia telah berjanji untuk meningkatkan kemampuan produksinya demi memenuhi permintaan yang meningkat terkait perangkat keras militer di tengah mobilisasi parsial. (AFP/ALEXANDER NEMENOV)

Putin sebelumnya menyebut tahanan yang dibebaskan, didorong ke dalam kelompok milisi militer Wagner atau tentara internal Rusia, "patriot Rusia".

Setelah enam bulan mengabdi, Kanyus akan menerima pengampunan penuh atas kejahatan yang oleh hakim digambarkan sebagai "pembunuhan yang sangat kejam".

Halaman
12