TRIBUNHEALTH.COM - Kehamilan adalah masa yang banyak dinantikan oleh pasangan suami istri.
Ketika masa kehamilan ini datang, banyak upaya yang dilakukan untuk menjaga kondisi janin dan ibu tetap sehat.
Salah satunya dengan menghindari hal-hal yang dianggap membahayakan kehamilan.
Baca juga: Ibu Hamil Perlu Waspada jika Muncul Keputihan selama Kehamilan, Berisiko Membahayakan Janin
Begitu banyak anggapan yang tersebar luas di masyarakat terkait kondisi kehamilan.
Dalam upaya menjaga kesehatan janin dan ibu hamil, klik disini
Seperti ibu hamil yang tidak boleh memelihara atau berdekatan dengan kucing karena dianggap dapat membahayakan janin.
Padahal anggapan tersebut belum tentu dibenarkan secara medis.
Menurut penjelasan dr. Roland Frederik Lengkey, Sp.OG, pada kucing terdapat parasit toxoplasma. Parasit ini dapat ditemukan pada kotoran kucing.
Meski demikian, ibu hamil tak perlu takut untuk mendekati kucing.
Pasalnya bila Ibu hamil mendekati kucing atau memegang tanah yang sudah terkena kotoran dari kucing, cukup cuci tangan dan pastikan sebelum makan tangan sudah dalam keadaan bersih.
Baca juga: Seseorang yang Memiliki Riwayat Jantung Bawaan Tetap Diperbolehkan Hamil, Ini Kata dr. Bayushi
Karena parasit toxoplasma hanya akan bisa masuk pada tubuh jika tangan tidak dalam keadaan bersih pasca terkena kotoran kucing.
"Jadi sebenarnya jika kucingnya dipelihara dengan baik, sering dimandiin, divaksin dan tidak sering memegang kotorannya, itu aman saja. Sehingga bisa berdekatan dengan kucing," ungkap Roland dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video.
Dianjurkan Berolahraga
Memasuki masa kehamilan penting sekali untuk menjaga kesehatan tubuh dan janin.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan ialah dengan beraktivitas fisik seperti berolahraga.
Menurut anjuran Roland, kegiatan berolahraga ini bisa dilakukan oleh setiap ibu hamil tanpa ada pembatasan usia kandungan.
Baca juga: Ibu Hamil Jangan Stres, Bisa Memicu Kontraksi hingga Terjadi Kelahiran Prematur
Karena yang terpenting adalah, tidak ada indikasi kandungan lemah.
"Di trimester pertama hingga trimester akhir mendekati kelahiran silahkan jika ingin berolahraga," ungkap Roland.
Kendati begitu, perhatikan pula intensitas olahraga yang dilakukan.
Jika sudah mulai memasuki trimester tiga, maka sebaiknya intensitas olahraganya dikurangi.
Olahraga yang Dianjurkan
Tahukah Anda, bahwa sebenarnya tidak semua jenis olahraga baik dikerjakan oleh ibu hamil.
Menurut keterangan Roland, jenis olahraga dengan intensitas sedang hingga tinggi tidak dianjurkan bagi ibu hamil.
"Tetapi bukan berarti melarang ibu hamil untuk berolahraga," ujarnya.
Baca juga: 10 Tips Redakan Nyeri Akibat Kista Ovarium, Mulai dari Yoga hingga Jaga Berat Badan Ideal
Selama kondisi kehamilan terpantau baik dan tidak ada komplikasi, maka bisa menjalani olahraga namun dengan intensitas yang rendah.
Beberapa komplikasi yang tidak dianjurkan untuk menjalani olahraga, antara lain:
- Pendarahan
- Plasenta keluar
- Keluar air ketuban.
Ibu hamil bisa menjajal olahraga dengan intensitas ringan, seperti:
Baca juga: Olahraga yang Aman dan Berbahaya untuk Ibu Hamil, Jogging Masih Diperbolehkan
- Jogging ringan
- Jalan kaki
- Yoga
- Senam hamil
- dan berenang.
Nanas Tidak Gugurkan Kandungan
Salah satu anggapan yang beredar luas di masyarakat ialah mengenai konsumsi buah nanas yang disebut-sebut bisa menggugurkan kandungan.
Kira-kira apakah informasi tersebut mitos atau fakta?
Baca juga: Mitos atau Fakta Ramuan Kulit Nanas Bisa Turunkan Berat Badan? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Berdasarkan penjelasan Roland, buah nanas memiliki kandungan enzim bromelin.
Enzim ini bisa melembutkan mulut rahim hingga memicu kontraksi.
Namun kondisi di atas hanya bisa terjadi apabila seorang ibu hamil mengonsumsi buah nanas dalam jumlah yang berlebihan.
"Kalau hanya makan satu atau dua potong hingga satu nanas yang utuh, seharusnya tidak berdampak pada kehamilan," ucap Roland.
Terlebih, buah satu ini memiliki banyak kandungan vitamin C.
Sehingga ia menegaskan tidak ada masalah jika ibu hamil mengonsumsi nanas, asalkan batasi jumlah konsumsinya.
Terutama bagi ibu hamil yang baru memasuki usia awal kehamilan, yakni awal trimester pertama.
Penjelasan dr. Roland Frederik Lengkey, Sp.OG ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video.
(Tribunhealth/Ranum Kumala Dewi)