Stress Eating Berisiko Tinggi Picu Berbagai Penyakit, Dokter Gizi: Salah Satunya Alami Obesitas

Penulis: Ranum Kumala Dewi
Editor: Melia Istighfaroh
Ilustrasi seseorang yang sedang stres

1. Intensitas

Ilustrasi membiasakan anak konsumsi makanan sehat (Pixabay.com)

Pastikan intensitas lapar tersebut, lapar datang secara perlahan atau tiba-tiba.

Keinginan makan yang datang tiba-tiba merupakan tanda emotional eating atau stress eating.

2. Cukup

Setelah mengonsumsi makanan, apakah sudah cukup merasa kenyang?

Baca juga: 6 Makanan Bergizi yang Baik Dikonsumsi Ibu Hamil, Termasuk Wortel, Mangga, dan Telur

Jika perasaan tercukupi sudah ada dan muncul reaksi tubuh untuk berhenti, maka ini menandakan lapar yang datang adalah secara fisiologis.

Namun jika rasa lapar terus muncul, maka menjadi tanda stress eating.

Pemicu Stress Eating

Seseorang yang mengalami tekanan psikis akan cenderung mengonsumsi makanan tertentu dalam jumlah banyak.

Dalam hal ini, merujuk pada seseorang yang tengah mengalami emosional eating.

Ilustrasi seseorang yang mengalami stress dan banyak makan (nationalgeographic.grid.id)

Dianda menyebutkan, bahwa penderita emosional eating cenderung akan banyak makan-makanan dengan rasa yang kuat. Seperti rasa manis atau asin.

Bila sudah dilakukan, maka biasanya akan timbul rasa puas di dalam diri si penderita.

Walaupun sebenarnya tubuh tidak menginginkannya.

Baca juga: Kelola Stres dan Konsumsi Makanan yang Sehat untuk Membantu Mengatasi Nyeri Haid, Begini Kata Dokter

"Kita harus bedakan dahulu, lapar atau emotional/stres eating," ucap Diana.

Didukung oleh Dokter Jiwa

Karena meningkatnya nafsu makan pasca mengalami tekanan psikis, banyak yang mengatakan kondisi ini sebagai stress eating.

Adalah kondisi yang dikaitkan dengan perilaku makan.

Maka membuat seseorang yang stres cenderung akan banyak makan-makanan berkalori tinggi.

Ilustrasi makanan tinggi kalori (Pixabay)

Lalu membuat seseorang yang mengalaminya akan merasa nyaman.

"Merasa lebih tenang dan stress bisa berkurang, padahal sebenarnya nggak," ungkap Andri yang merupakan dokter spesialis kesehatan jiwa.

Halaman
123