TRIBUNHEALTH.COM - Pemanis buatan dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.
Karenanya, pemanis buatan tidak boleh dianggap sebagai alternatif yang sehat dan aman sebagai pengganti gula, menurut para peneliti, diberitakan The Guardian pada Rabu (7/9/2022).
Gula tambahan telah lama diketahui memiliki berbagai dampak negatif terhadap penyakit kronis.
Hal ini membuat perusahaan makanan menggunakan pemanis buatan sebagai gantinya dalam berbagai makanan dan minuman yang dikonsumsi setiap hari oleh jutaan orang di seluruh dunia.
Namun, penggunaan pemanis buatan telah mendapat sorotan yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Peran mereka dalam penyakit kardiovaskular sebelumnya telah terungkap dalam studi eksperimental.
Baca juga: Optimalkan Manfaat Kopi dengan Tips Berikut Ini, Tak Boleh Kebanyakan Gula
Tetapi data dari studi manusia terbatas dan studi observasional sebelumnya hanya berfokus pada minuman pemanis buatan yang digunakan sebagai proxy.
Sekarang temuan dari studi kohort prospektif skala besar menunjukkan hubungan potensial antara konsumsi pemanis buatan yang lebih tinggi dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.
“Hasil kami menunjukkan bahwa bahan tambahan makanan ini, yang dikonsumsi setiap hari oleh jutaan orang dan hadir dalam ribuan makanan dan minuman, tidak boleh dianggap sebagai alternatif gula yang sehat dan aman, sejalan dengan posisi beberapa lembaga kesehatan saat ini,” para peneliti tulis di BMJ.
Baca juga: Kerap Dijadikan Alternatif Pengganti Gula, Pemanis Buatan Justru Dikaitkan dengan Risiko Kanker
Dalam studi tersebut, dari 103.000 orang dewasa Prancis, pemanis buatan dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, dan jantung koroner.
“Hasilnya menunjukkan bahwa pemanis buatan mungkin mewakili faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk pencegahan penyakit kardiovaskular,” tulis mereka.
Melihat lebih lanjut mengenai penelitian ini
Penelitian yang dipimpin oleh para ahli dari Sorbonne Paris Nord University, meneliti asupan pemanis dari semua sumber makanan, termasuk minuman, pemanis makanan, dan produk susu, dan membandingkannya dengan risiko penyakit jantung atau peredaran darah.
Peserta memiliki usia rata-rata 42, dan empat dari lima adalah perempuan.
Asupan pemanis dilacak menggunakan catatan diet.
Para peserta mencatat semua yang mereka makan, termasuk merek apa, selama 24 jam, dengan buku harian diet mereka diulang tiga kali dengan interval enam bulan – dua kali pada hari kerja dan sekali pada hari akhir pekan.
Baca juga: Brokoli Punya Sederet Manfaat Kesehatan, Lancarkan Pencernaan hingga Cegah Penyakit Kardiovaskular
Sekitar 37 persen dari mereka mengonsumsi pemanis buatan.
Selama periode tindak lanjut rata-rata sekitar satu dekade, 1.502 kejadian kardiovaskular dicatat, termasuk serangan jantung, stoke, stroke ringan, dan angina.
Konsumsi pemanis buatan dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskular 9 persen lebih tinggi, lapor BMJ.
Ketika peneliti melihat jenis penyakit tertentu, mereka menemukan konsumsi pemanis buatan dikaitkan dengan risiko 18 persen lebih tinggi dari penyakit serebrovaskular, yakni kondisi yang mempengaruhi aliran darah ke otak.