TRIBUNHEALTH.COM - Sesuai namanya, postpartum depression atau depressi pascamelahirkan merupakan depresi yang terjadi setelah melahirkan.
Kondisi ini melibatkan suasana hati yang buruk terus-menerus.
Pada akhirnya, postpartum depression tidak hanya berdampak pada orang yang mengalami tetapi juga bayinya.
Pasalnya orangtua dan bayi perlu melakukan pendekatan dan penyesuaian setelah persalinan, dan ini kemungkinan terhambat pada orang dengan postpartum depression.
Namun penting untuk dicatat, mengalami depresi pascamelahirkan bukan berarti seseorang tidak mencintai bayinya.
Ini adalah kondisi kesehatan mental, dan pengobatan dapat mengatasinya, sebagaimana dilansir TribunHealth.com dari Medical News Today pada (5/8/2022).
Baca juga: Selain Obat Medis dan Terapi Psikologis, Cukup Tidur Bisa Bantu Pulihkan Postpartum Depression Pria
Siapapun yang memiliki gejala postpartum depression harus segera menemui dokter.
Gejala dapat timbul dalam waktu 1 bulan hingga 1 tahun setelah melahirkan.
Gejalanya termasuk suasana hati (mood) yang terus-menerus rendah yang berlangsung setidaknya selama 2 minggu.
Juga, menurut sebuah penelitian, 10 persen ayah baru juga mengalami depresi serupa, tingkat tertinggi terjadi 3-6 bulan setelah melahirkan.
Dampak pada bayi
Baca juga: Postpartum Depression Bisa Terjadi pada Pria, Dapat Disebabkan Faktor Hormonal hingga Kecemasan
Cleveland Clinic membenarkan bahwa postpartum depression berdampak pada bayi.
Studi menunjukkan bahwa depresi pascapersalinan dapat mengakibatkan dampak berikut pada bayi.
- Anak mungkin memiliki masalah perilaku atau belajar.
- Orangtua mungkin melewatkan janji temu dengan dokter.
- Anak mungkin mengalami masalah makan dan tidur.
- Anak mungkin berada pada peningkatan risiko obesitas dan cacat perkembangan.
- Mereka yang mengalami postpartum depression mungkin lalai merawat anak-anak mereka atau gagal mengenali bahwa anak-anak mereka sakit.
- Keterampilan sosial bayi mungkin jadi terbatas.
Waspadai gejalanya
Agar kondisi ini bisa dideteksi dini, penting untuk mengenali gejalanya, dilansir MNT.
Depresi pascamelahirkan dapat mempengaruhi orang secara berbeda, tetapi di bawah ini adalah beberapa tanda dan gejala umum:
- suasana hati yang rendah atau sedih
- kecemasan dan lekas marah
- kelelahan dan kelesuan
- merasa bersalah, tidak berharga, putus asa, atau tidak berdaya
- rasa sakit, seperti sakit kepala atau sakit perut
- kurang nafsu makan
- kesulitan berpikir atau fokus
- motivasi rendah dan kurangnya minat dalam kegiatan
- kesulitan menjalin ikatan dengan bayi
- merasa tidak mampu merawat bayi
- sering atau lama menangis
- merasa tidak mampu membuat keputusan
- menarik diri dari teman dan keluarga
- tidak tertarik pada bayi atau merasa seolah-olah mereka adalah tanggung jawab orang lain
Baca juga: Konsumsi Jahe hingga Menghirup Aroma Lemon Bisa Redakan Mual, Ibu Hamil Perlu Mencoba
Beberapa orang mengalami psikosis pascapersalinan, masalah kesehatan mental yang parah yang membutuhkan perhatian medis segera.
Gejalanya meliputi halusinasi, delusi, mania, paranoia, dan kebingungan.
Yang lain mengalami baby blues.
Hal ini berbeda dengan depresi pascapersalinan.
Baby blues mempengaruhi banyak orang tua baru dan biasanya menghilang setelah 3-5 hari.
Baca juga: Masih Menyusui, Berikut Ini Tips Aman Turunkan Berat Badan setelah Melahirkan, Harus Bertahap
Penyedia layanan kesehatan dapat membantu seseorang memahami penyebab suasana hati yang buruk setelah melahirkan, dan mereka dapat memberikan perawatan yang efektif dan strategi perawatan diri, jika perlu.
Depresi pascapersalinan dapat menyebabkan orang berpikir untuk menyakiti anak mereka atau diri mereka sendiri, termasuk pikiran untuk bunuh diri.
Jika ada yang memiliki pemikiran ini, mereka atau orang lain harus segera mencari bantuan karena bunuh diri tidak menyelesaikan apa pun dan ada banyak solusi selain itu.
Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Nur)
Baca tanpa iklan