TRIBUNHEALTH.COM - Depresi adalah salah satu penyakit yang ditandai dengan rasa sedih yang berkepanjangan dan kehilangan minat terhadap kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan dengan senang hati.
Tanda berikutnya ialah berhenti menjalankan kegiatan yang biasa dilakukan sehari-hari setidaknya selama dua minggu.
Bahkan beberapa psikolog dan psikiater telah lama meyakini bahwa masalah emosional bisa menyebabkan sakit dan nyeri kronis.
Kondisi ini disebabkan oleh adanya respons peradangan tubuh pada penderita depresi.
Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ mengungkapkan beberapa keluhan yang mungkin bisa dialami penderita depresi.
Baca juga: Menurut Kajian Kementerian Kesehatan, Situasi Covid-19 di Indonesia Masuk Level 2
Hal ini disampaikan oleh Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 02 Juli 2022.
Baca juga: Ketahui Fakta Covid-19 Terkini, Terdapat Penambahan Kasus Terkonfirmasi Positif
Keluhan yang bisa dialami
"Jadi kadang-kadang begini, pernah ada beberapa kasus orang-orang tertentu mengalami sebuah gangguan depresi. Khususnya gangguan depresi sedang itu yang sering dia keluhkan adalah keluhan pada fisik, keluhan somatik kita bilangnya," pungkasnya.
"Jadi misalnya dengan keluhan yang sering pusing tidak sembuh-sembuh, sudah berobat kemana-mana tidak sembuh-sembuh, kemudian mengalami dadanya terasa sering sesak, kemudian nafsu makannya berubah tidak nafsu makan karena lambungnya dirasa seperti sakit maag, dispepsia, ataupun GERD ataupun sering mengalami kesemutan di anggota gerak tangan ataupun kaki," ucapnya.
"Nah, kondisi-kondisi tersebut biasanya dikeluhkan seseorang itu membutuhkan sebuah pertolongan konsultasi ke psikiater," paparnya.
Baca juga: Apakah Terjadinya Gigi Impaksi Bisa Memengaruhi Estetika Wajah? Begini Kata drg. Andi Tajrin, M.Kes
Baca juga: Begini Tindakan yang Dilakukan Dokter Gigi Apabila Gigi Taring Alami Impaksi
Tindakan yang perlu dilakukan oleh keluarga
Pihak keluarga sebagai orang yang mungkin memonitor langsung perkembangan perilaku dari seseorang yang mengalami gangguan depresi, apabila sudah menemukan perubahan yang signifikan sebaiknya segera membawanya untuk berkonsultasi dengan psikiater.
"Karena jika depresi yang dialami sudah masuk ke dalam tahap sedang ataupun berat, itu biasanya support dari keluarga yang terbaik adalah memotivasinya untuk konsultasi," imbuh Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
Apabila masih dalam level depresi ringan, penderita masih bisa diadaptasi oleh seseorang dan pihak keluarga bisa memberikan dukungan sugesti untuk bisa lebih bersemangat.
Akan tetapi jika sudah masuk ke level depresi sedang ataupun berat, maka penderita membutuhkan pertolongan konsultasi ke psikiater untuk diberikan terapi baik dengan farmakoterapi ataupun non farmakoterapi.
"Apabila seseorang psikiater itu menilai kondisi depresi seseorang dilihat dari gejala-gejala yang saya sebutkan baik gejala mayornya ataupun gejala minornya. Jadi yang bisa menilai itu dari pemeriksaan yang dilakukan oleh psikiater, kita memerlukan informasi tambahan dari pihak keluarga," terang Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
Baca juga: Ini yang Perlu Dilakukan Jika Terlanjur Mengalami Gangguan Kejiwaan Skizofrenia
Baca juga: Begini Komplikasi Infeksi Telinga yang Disampaikan dr. Debby Septiana Sp.THT-KL
Selain mendapat informasi dari pihak keluarga, psikiater juga perlu memeriksa langsung kondisi yang dialami oleh pasien.
Untuk tahap yang lebih lanjut, apabila penderita tersebut memiliki kognitif ataupun kemampuan intelektual yang masih bagus, biasanya pada depresi ringan ataupun depresi sedang tahap awal kemampuan kognitif pasien masih bagus itu ada instrumen-instrumen yang bisa mendeteksi sebuah gangguan depresi.
Baca juga: Kenali Penyebab Jerawat Punggung yang Disampaikan oleh dr. Ratu Suzanna Oswarie
Penjelasan Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 02 Juli 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.