TRIBUNHEALTH.COM - Pubertas merupakan suatu tanda seorang anak akan beranjak remaja.
Pubertas ditandai dengan adanya perubahan fisik tertentu.
Umumnya pubertas pada anak perempuan muncul pada usia 8 sampai 13 tahun.
Baca juga: Berbagai Organisasi Kesehatan Tegaskan Vaksin Covid-19 Tak Pengaruhi Pubertas dan Kesuburan Anak
Sementara pada anak laki-laki muncul pada usia 9 tahun sampai 14 tahun.
Namun masa pubertas di atas bisa lebih cepat atau lebih dini.
Karena Dokter Spesialis Anak Konsultan Endokrinologi, Andi Nanis Sacharina Marzuki menyebut, bahwa masa pubertas bisa dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi sang anak.
Terlebih pada saat ini sedang dalam masa Pandemi yang membuat anak sedikit bergerak dan lebih banyak mengonsumsi cemilan.
Akhirnya berat badan anak menjadi mudah berlebih.
Kenaikan berat badan yang begitu pesat mengindikasikan terdapat kenaikan pada Fat mass bukan otot.
Baca juga: Kekurangan Protein dan Seng Bisa Picu Kerontokan Rambut, Dapat Diatasi dengan Makanan Berikut
Fatt mengeluarkan bahan bernama Laptin. Laptin mempengaruhi Hipotalamus dan Hipotivitis yang merasang untuk segera munculnya pubertas.
Sehingga jumlah kalori yang masuk pada tubuh berperan dalam cepat atau tidaknya anak memasuki masa pubertas.
Pubertas Dini
Pubertas dini bisa timbul tidak hanya disebabkan oleh suatu penyakit.
Melainkan juga bisa timbul karena hanya variasi normal saja.
Pubertas dini yang diindikasikan varian normal, ditandai dengan payudara yang tumbuh pada 0 hingga 2 tahun.
Baca juga: Waspada Terkena Rubella saat Hamil, Dokter Singgung Anak Bisa Lahir Tuli hingga Alami Microchepaly
Bisa juga ditandai dengan tumbuhnya payudara yang mendekati masa pubertas. Seperti pada usia 7 tahun.
Namun jika payudara tumbuh pada usia 5 tahun, perlu dicurigai.
Karena sangat jauh dengan usia yang seharusnya.
Karena itu ia menganjurkan untuk segera melakukan pemeriksaan dengan dokter.
"Bila begitu, berarti menstruasinya di usia 7 atau 8 tahun. Itu terlalu cepat untuk anak perempuan"