Alergi telur adalah penyebab paling umum kedua alergi makanan pada anak-anak.
Namun, 68% anak-anak yang alergi terhadap telur akan mengatasi alergi mereka pada saat mereka berusia 16 tahun.
Gejalanya meliputi:
- Gangguan pencernaan, seperti sakit perut
- Reaksi kulit, seperti gatal-gatal atau ruam
- Masalah pernapasan
- Anafilaksis (jarang terjadi).
Menariknya, seseorang mungkin saja alergi terhadap putih telur, tetapi tidak dengan kuningnya, dan sebaliknya.
Hal ini dapat terjadi karena protein dalam putih telur dan kuning telur sedikit berbeda.
Namun sebagian besar protein yang memicu alergi ditemukan dalam putih telur, jadi alergi putih telur lebih umum.
Seperti alergi lainnya, pengobatan untuk alergi telur adalah diet bebas telur.
Namun, penderita alergi ini mungkin tidak harus menghindari semua makanan yang berhubungan dengan telur, karena memanaskan telur dapat mengubah bentuk protein penyebab alergi.
Langkah ini dapat menghentikan tubuh untuk menganggap protein telur sebagai ancaman, yang berarti mereka cenderung menyebabkan reaksi.
Baca juga: Ibu Hamil Kerap Dilarang Makan Telur Mentah, dr. Tan Shot Yen Jelaskan Alasannya
Baca juga: dr. Tan Shot Yen Bagikan Tips Simpan Telur, Tak Perlu Dicuci sebelum Masuk Kulkas
Faktanya, satu penelitian menemukan bahwa sekitar 70% anak-anak dengan alergi telur dapat mentolerir makan biskuit atau kue yang mengandung komponen telur yang dimasak.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa memperkenalkan makanan panggang kepada anak-anak dengan alergi telur dapat mempersingkat waktu yang dibutuhkan mereka untuk mengatasi kondisi tersebut.
Namun demikian, ini tidak berlaku untuk semua orang.
Bahkan konsekuensi dari mengonsumsi telur bisa menjadi parah.
Karena itu, disarankan konsultasi dokter sebelum mengonsumsi makanan yang mengandung telur.
Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Nur)