Institut Nasional Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal (NIDDK) menambahkan bahwa faktor risiko lain, seperti obesitas dan resistensi insulin, juga dapat menyebabkan diabetes tipe 2.
Penyakit kardiovaskular
Baca juga: Tips Ahli untuk Mengatasi Stres Agar Tak Picu Serangan Jantung, Termasuk Cukup Tidur
Baca juga: Menyusui Bermanfaat Bagi Ibu, Bisa Turunkan Risiko Penyakit Jantung dan Stroke
Sebuah studi prospektif besar pada tahun 2014 menemukan bahwa orang yang mendapatkan 17–21% kalori harian mereka dari gula tambahan memiliki risiko 38% lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular (CVD) daripada mereka yang mengonsumsi 8% gula tambahan.
Bagi mereka yang mengonsumsi 21% atau lebih energi mereka dari gula tambahan, risiko CVD mereka berlipat ganda.
Tekanan darah tinggi
Dalam sebuah studi 2011, peneliti menemukan hubungan antara minuman manis dan tekanan darah tinggi, atau hipertensi.
Sebuah ulasan di Pharmacological Research menyatakan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko CVD.
Ini mungkin berarti bahwa gula memperburuk kedua kondisi tersebut.
Kanker
Konsumsi gula berlebih dapat menyebabkan peradangan, stres oksidatif, dan obesitas.
Faktor-faktor ini mempengaruhi risiko seseorang terkena kanker.
Tinjauan studi di Annual Review of Nutrition menemukan 23-200% meningkatkan risiko kanker dengan konsumsi minuman manis.
Studi lain menemukan 59% peningkatan risiko beberapa kanker pada orang yang mengonsumsi minuman manis dan membawa beban di sekitar perut mereka.
Penuaan kulit
Kelebihan gula dalam makanan mengarah pada pembentukan produk akhir glikasi lanjut (AGEs), yang berperan dalam diabetes.
Namun, mereka juga mempengaruhi pembentukan kolagen di kulit.
Menurut Skin Therapy Letter, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa jumlah AGE yang tinggi dapat menyebabkan penuaan yang terlihat lebih cepat.
Namun, para ilmuwan perlu mempelajari hal ini pada manusia secara lebih menyeluruh untuk memahami dampak gula dalam proses penuaan.
Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Nur)