Keluarga Tak Harmonis Bisa Picu Kekerasan Seksual pada Anak, Psikolog Tekankan Pentingnya Edukasi

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
Ilustrasi kekerasan seksual pada anak.

TRIBUNHEALTH.COM - Ketidakharmonisan sebuah rumah tangga bisa memicu pelecehan seksual terhadap anak.

Hal itu diungkap oleh Psikolog Keluarga & Pendidikan Anak, Adib Setiawan ketika menjadi narasumber Healthy Talk TribunHealth.com.

Kendati demikian Adib memberi catatan, tidak semua orangtua yang berkonflik akan demikian.

Ketika ada rasa kasih sayang terhadap anak, maka tidak akan terjadi kekerasan seksual.

"Biasanya rasa kasih sayang itu kurang antara kedua orangtua."

"Bisa saja si pelaku itu cara berpikirnya itu kriminal, bisa aja."

"Sehingga dia tega melakukan kekerasan pada anak. Termasuk kekerasan seksual pada anak" paparnya.

Ada Faktor Lain

Ilustrasi kekerasan seksual. (Kompas.com)

Baca juga: Tak Hanya Turunkan Berat Badan, Olahraga Punya Segudang Manfaat, Termasuk Perbaiki Kehidupan Seksual

Baca juga: Diabetes Dapat Pengaruhi Kehidupan Seksual, dr. Binsar Sebut Ereksi Bisa Anjlok ke Level Terendah

Sebelumnya, Adib Setiawan juga menyebut faktor kepribadian pelaku.

Kasus seperti ini tak bisa dianggap remeh.

Pasalnya kekerasan seksual bisa mengakibatkan berbagai dampak negatif.

Dari segi fisik, kekerasan yang dilakukan bisa menimbulkan luka.

Sedangkan dari sisi psikis, dampak yang ditimbulkan tidak bisa dianggap main-main.

Anak korban kekerasan seksual rawan merasa dirinya kotor, depresi, bahkan hingga trauma.

Pentingnya edukasi seksual

ilustrasi edukasi seksual kepada anak (freepik.com)

Baca juga: Libido Seksual Mulai Menurun saat Masuki Menopause, Ini Tips Agar Hubungan Suami Istri Tetap Nyaman

Baca juga: Waspada, Ketahui Penyebab Terjadinya Penyakit Menular Seksual

Pendidikan seksual termasuk dengan memberi tahu anak bagian tubuh mana yang tak boleh disentuh oleh orang lain.

"Memang sejak dini anak perlu diajarkan mana organ yang perlu dipelihara, maksudnya yang perlu ditutupi, perlu dijaga. Tidak boleh orang lain menyentuh," jelasnya.

Pada bagian tertentu, Adib menyebut anak sendiri pun tidak boleh menyentuh, kecuali untuk keperluan membersihkan.

Dengan demikian, anak akan berpikir bahwa orang lain juga tak boleh menyentuh area tersebut.

"Diri sendiri aja ngga boleh menyentuh kok, kalau misalnya ada orang yang mencoba untuk menyentuh berarti itu bagian dari kekerasan," tandasnya.

Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.

(TribunHealth.com/Nur)