TRIBUNHEALTH.COM - Stres yang dialami seseorang bisa memicu masalah kesehatan.
Ketika hormon stres kortisol terus meningkat dari waktu ke waktu, seseorang lebih berisiko mengalami stroke, serangan jantung, atau penyakit jantung.
Hasil tersebut diungkap dalam penelitian yang diterbitkan di Circulation, jurnal American Heart Association (AHA), Senin (13/9/2021), diberitakan CNN.
Dampak yang lebih tinggi pada orang yang lebih muda
Studi diikuti 412 orang dewasa multiras antara usia 48 dan 87 dengan tekanan darah normal.
Peneliti mengukur kadar hormon stres mereka melalui urin, pada beberapa titik waktu antara 2005 dan 2018.
Baca juga: dr. Kardiana Purnama Dewi, Sp.KK Sebut Stres dapat Memicu Kambuhnya Dermatitis Atopik atau Eksim
Baca juga: dr. Vivi Indrayanti: Tuk Dapatkan Kulit Glowing, Hindari Polusi, Sinar Matahari Berlebih, dan Stres
Tingkat hormon kemudian dibandingkan dengan peristiwa kardiovaskular yang mungkin terjadi, seperti seperti tekanan darah tinggi, sakit jantung, serangan jantung dan operasi bypass.
"Penelitian sebelumnya berfokus pada hubungan antara kadar hormon stres dan hipertensi atau kejadian kardiovaskular pada pasien dengan hipertensi yang sudah ada."
"Namun, penelitian yang mengamati orang dewasa tanpa hipertensi masih kurang," kata penulis studi Dr. Kosuke Inoue, asisten profesor epidemiologi sosial di Universitas Kyoto, Jepang, dalam sebuah pernyataan.
Studi ini menguji tiga hormon, yakni norepinefrin, epinefrin dan dopamin.
Baca juga: Beberapa Tips Mengelola Stress saat Pandemi Covid-19 yang Disampaikan oleh dr. Afif Avicenna Ghufron
Baca juga: Menghindari Stres dan Aktivitas Berlebih Termasuk Upaya Pencegahan Sleep Apnea
Ketiganya mengatur sistem saraf otonom dan mengontrol fungsi tubuh yang tidak disadari seperti detak jantung, tekanan darah, dan pernapasan.
Inoue dan timnya juga melihat kadar kortisol, hormon steroid yang dilepaskan oleh tubuh sebagai reaksi terhadap stres akut seperti keadaan bahaya.
Setelah bahaya berlalu, tubuh mengurangi produksi kortisol – tetapi jika seseorang terus menerus stres, kadar kortisol dapat tetap meningkat.
"Norepinefrin, epinefrin, dopamin dan kortisol dapat meningkat dengan stres dari peristiwa kehidupan, pekerjaan, hubungan, keuangan dan banyak lagi," kata Inoue.
Menggandakan tingkat kortisol saja (tetapi bukan norepinefrin, epinefrin atau dopamin) dikaitkan dengan risiko 90% lebih tinggi mengalami kejadian kardiovaskular, studi tersebut menemukan.
Setiap kali tingkat gabungan dari keempat hormon stres berlipat ganda, risiko terkena tekanan darah tinggi meningkat antara 21% dan 31%.
Baca juga: Kenapa Makanan Dijadikan Pelarian saat Stres? Begini Ulasan dr. Eleonora Mitaning C, M.Gizi, Sp.GK
Efeknya lebih terasa pada orang di bawah usia 60 tahun, sebuah temuan yang mengkhawatirkan, menurut para peneliti.
"Dalam konteks ini, temuan kami menghasilkan hipotesis bahwa hormon stres memainkan peran penting dalam patogenesis hipertensi di antara populasi yang lebih muda," tulis mereka.
Studi ini memiliki keterbatasan, termasuk kurangnya kelompok kontrol dan penggunaan hanya satu ukuran - analisis urin - untuk menguji hormon stres, para penulis mencatat.
Namun, memeriksa ukuran urin dari hormon stres dari waktu ke waktu adalah "rapi dan baru," kata Dr. Glenn Levine, seorang profesor kedokteran di Baylor College of Medicine di Houston yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
"Ini adalah cara yang agak objektif, seperti yang bisa kita ketahui dengan alat yang tidak sempurna, untuk mengkategorikan orang-orang yang cenderung lebih stres, lebih sering."
Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Nur)
Baca tanpa iklan