Alih-alih Bermanfaat, Penelitian Ungkap Ganja Bisa Tingkatkan Risiko Serangan Jantung 2 Kali Lipat

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
ilustrasi serangan jantung

TRIBUNHEALTH.COM - Studi terbaru mengungkap, konsumsi ganja bisa tingkatkan risiko serangan jantung.

Orang dewasa di bawah 45 tahun yang mengonsumsi ganja dalam 30 hari terakhir, menderita hampir dua kali lipat jumlah serangan jantung, dibanting orang yang tidak mengonsumsi.

Data tersebut termuat dalam Canadian Medical Association Journal, yang terbit pada Selasa (7/9/2021).

Ganja, mengacu pada pengertian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), merupakan psikoaktif dari tanaman cannabis sativa, yang mengandung tetrahydrocannabinol atau THC.

Para peneliti menganalisis data kesehatan dari lebih dari 33.000 orang dewasa berusia 18 hingga 44 tahun, yang termasuk dalam survei Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS pada 2017 dan 2018, sebagaimana dilansir BBC.

Baca juga: dr. Asari Asad SpKN-TM Bagikan Cara dalam Mendeteksi Kesehatan Fungsi Organ Jantung dan Ginjal

Baca juga: Studi Tunjukkan Minum Kopi Bisa Turunkan Risiko Kematian Akibat Stroke dan Penyakit Jantung

Ilustrasi jantung normal (Pixabay)

Dari 17% orang dewasa yang dilaporkan menggunakan ganja dalam bulan sebelumnya, 1,3% kemudian mengalami serangan jantung saat hanya 0,8% pengguna non-ganja yang melaporkan hal yang sama.

Beberapa orang berasumsi bahwa mengonsumsi ganja aman dan tidak dapat membahayakan tubuh, tetapi itu tidak benar, kata penulis utama studi Dr. Karim Ladha, ilmuwan klinis dan staf anestesi di Rumah Sakit St. Michael dan Universitas Toronto di Kanada.

"Ada semakin banyak bukti bahwa ini berpotensi berbahaya bagi Anda, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang," katanya kepada BBC, dikutip TribunHealth.com.

Membuat detak jantung tidak teratur

Studi tersebut tidak meneliti bagaimana ganja mempengaruhi kesehatan jantung, kata Ladha, tetapi dia mencatat bahwa penelitian sebelumnya menunjukkan obat tersebut dapat mempengaruhi detak jantung pengguna.

Ketika detak jantung seseorang menjadi tidak teratur, itu dapat meningkatkan jumlah oksigen yang dibutuhkan jantung, jelas Ladha.
Pada saat yang sama, ganja juga dapat membatasi jumlah oksigen yang dikirim ke jantung, tambahnya.

"Apa yang akhirnya Anda alami adalah ketidaksesuaian pasokan dan permintaan oksigen yang pada dasarnya mengarah pada serangan jantung," kata Ladha.

Baca juga: Jantung Koroner Jadi Penyebab Umum Serangan Jantung, Makin Berisiko pada Penderita Hipertensi

Baca juga: Risiko Peradangan Jantung Meningkat Akibat Vaksin Ini, tapi Masih Lebih Baik dari Tertular Covid-19

Ilustrasi tidak sadarkan diri akibat henti jantung (health.tribunnews.com)

Ganja yang dijual di pasaran saat ini juga jauh lebih manjur daripada ganja yang dijual dalam 50 tahun terakhir, kata Robert Page, ketua pernyataan ilmiah American Heart Association tentang ganja.

Page tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Ini bukan kebiasaan kakekmu merokok di Woodstock; ini sangat ampuh," katanya.

Banyak orang tidak menyadari bahwa ganja dapat memiliki interaksi negatif dengan obat lain, tambah Page.

Seperti kebanyakan obat lain, ganja dimetabolisme melalui hati, yang berarti memiliki potensi untuk berinteraksi dengan banyak obat kardiovaskular seperti pengencer darah, katanya.

Penelitian dari AHA juga merinci manfaat potensial dari penggunaan ganja untuk menghilangkan rasa sakit dan tujuan medis lainnya, tetapi konsekuensi negatifnya tidak boleh diabaikan, kata rekan penulis studi Dr. David Mazer.

Dia merupakan ahli anestesi di Rumah Sakit St. Michael dan profesor di Departemen Anestesi dan Fisiologi di University of Toronto di Kanada.

Baca juga: Jadi Penyebab Utama Kematian, Kenali Gejala dan Penyebab Penyakit Jantung Koroner

Baca juga: Nyeri Dada Tak Selalu Masalah Jantung, NHS Jelaskan Berbagai Kemungkinan Penyebabnya

Baik pengguna ganja dan penyedia layanan kesehatan mereka harus "menyeimbangkan risiko dan manfaat ganja dalam konteks spesifik mereka sendiri," kata Mazer.

AHA tidak merekomendasikan merokok atau vaping ganja dalam jumlah berapa pun, kata Page.

Para penelitinya mencatat hubungan potensial dengan stroke, dan vaping telah dikaitkan dengan kerusakan paru-paru, katanya.

Di masa depan, Ladha mengatakan dia ingin mempelajari pengguna ganja secara real-time daripada melihat hasil survei.

Sulit untuk menjalankan studi semacam itu karena ganja tidak legal di setiap negara bagian atau di tingkat federal AS, katanya.

Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.

(TribunHealth.com/Nur)