TRIBUNHEALTH.COM - Pandemi membatasi kegiatan setiap individu dalam beraktivitas.
Terutama yang berhubungan dengan kesehatan.
Banyak dokter yang prakrtek swasta dan fasilitas kesehatan yang tidak melayani konsultasi secara langsung, melainkan mengubahnya menjadi via online.
Selain itu untuk penanganan pun hanya dilakukan untuk kasus yang bersifat darurat atau yang membutuhkan penanganan dengan segera.
Tetapi pandemi bukanlah alasan untuk kita senantiasa tidak menjaga kesehatan gigi.
Kasus-kasus emeregency ini kasus dengan diagnosis yang pertama abses periapikalis akut, gigi yang sudah membusuk, tidak dirawat dan mengakibatkan bengkak dipipi.
Baca juga: Dokter Menjelaskan Penyakit Peridontitis dapat Menyebabkan Gigi Tanggal
Yang kedua, kasus dengan diagnosis pulpitir irreversible.
Gigi yang berlubang, dan lubang tersebut sudah mengenai saraf gigi.
Yang ketiga yaitu fraktur gigi, fraktur rahang, dan traumatik ulser (sariawan).
Yang keempat kasus periodontitis kronis, perdarahan pada gusi, protesa pada saat kondisi sistemik, dan bad oral hygiene.
Konsultasi via online adalah dengan kasus seperti scaling dan sakit gigi yang maih bisa diobati dengan minum obat.
Baca juga: Apa Faktor Penyebab Dermatitis Atopik Dok?
Jika konsultasi secara online, maka resep yang diberikan dokter hanya resep obat pereda nyeri.
Karena untuk antibiotik harus memakai resep dari dokter.
Jadi dokter hanya memberikan resep untuk anti nyeri saja.
SOP khusus untuk dokter ketika menangani pasien emeregency:
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah melayani pasien
Baca juga: Kementerian Kesehatan RI: Efektivitas Vaksin Sinovac Turunkan Risiko Infeksi COVID-19
- Memakai APD lengkap
- Tindakan yang beresiko menghasilkan aerosol, seperti scaling, memakai three way syringe dan tindakan lain dianjurkan untuk ditunda dulu.
SOP untuk pasien:
- Pasien yang datang diwajibkan untuk mencucui tangan terlebih dulu