Hanya terjadi pada kasus berat dan kritis saja.
Badai sitokin dalam kondisi yang berat dapat mengancam nyawa pasien.
Jika tidak tertangani dengan baik, badai sitokin dapat menyebabkan kematian.
Sampai sekarang belum ada terapi pasti untuk kasus COVID-19.
Bahkan antivirus pun belum dinyatakan oleh WHO bahwa definitif untuk COVID-19.
Sekarang untuk pengobatannya sudah bergeser.
Dulu pengobatannya ke antivirus, sekarang keanti peradangan atau anti inflamasi.
Ketika badai sitokin sudah di kenali oleh dokter, dokter akan berusaha menekan badai berkurang dan segera reda.
Obat-obatan yang diberikan memang masih dalam tahap penelitian.
Dalam penelitian pun tidak semuanya memberikan hasil yang baik.
Jika badai sudah ditekan, inflamasi sudah berkurang, maka pasien bisa masuk kedalam fase penyembuhan.
Tetapi pada sebagian kecil kasus, ketika badai tidak bisa ditekan dengan terapi yang sudah maksimal diberikan, maka dapat menyebabkan kematian.
Karena terjadi kerusakan multiorgan.
Tidak hanya paru-paru saja yang terkena.
Bisa ginjal, jantung, hari, sistem saraf pusat, semua bisa terkena.
Sehingga dokter akan menyebut gagal multiorgan.
Utamanya memang dari gagal pernapasan.
Dan pada akhirnya pasien tidak bisa diselamatkan.
Ketika terjadi badai sitokin, biasanya di awal minggu ketiga.
Pada penelitian, virus COVID-19 tidak tumbuh lagi setelah 14 hari.