TRIBUNHEALTH.COM - Pandemi membatasi kegiatan setiap individu dalam beraktivitas. Terutama yang berhubungan dengan kesehatan.
Banyak dokter yang prakrtek swasta dan fasilitas kesehatan yang tidak melayani konsultasi secara langsung, melainkan mengubahnya menjadi via online.
Selain itu untuk penanganan pun hanya dilakukan untuk kasus yang bersifat darurat atau yang membutuhkan penanganan dengan segera.
Tetapi pandemi bukanlah alasan untuk kita senantiasa tidak menjaga kesehatan gigi.
Kasus-kasus emeregency ini kasus dengan diagnosis yang pertama abses periapikalis akut, gigi yang sudah membusuk, tidak dirawat dan mengakibatkan bengkak dipipi.
Baca juga: Mengenal Demam Scarlet, Penyakit yang Sering Terjadi Pada Anak Usia 5-15 tahun
Yang kedua, kasus dengan diagnosis pulpitir irreversible.
Gigi yang berlubang, dan lubang tersebut sudah mengenai saraf gigi.
Yang ketiga, yaitu fraktur gigi, fraktur rahang, dan traumatik ulser (sariawan).
Yang keempat, kasus periodontitis kronis, perdarahan pada gusi, protesa pada saat kondisi sistemik, dan bad oral hygiene.
Konsultasi via online adalah dengan kasus seperti scaling dan sakit gigi yang maih bisa diobati dengan minum obat
Jika konsultasi secara online, maka resep yang diberikan dokter hanya resep obat pereda nyeri. Karena untuk antibiotik harus memakai resep dari dokter.
Baca juga: Manfaat Minum Air Hangat dan Madu Di Pagi Hari, Dapat Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Jadi dokter hanya memberikan resep untuk anti nyeri saja.
SOP khusus untuk dokter ketika menangani pasien emeregency:
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah melayani pasien
- Memakai APD lengkap
- Tindakan yang beresio menghasilkan aerosol, seperti scaling, memakai three way syringe dan tindakan lain dianjurkan untuk ditunda dulu.
Baca juga: Mengenal Penyebab, Cara Mengatasi Rasa Mual dan Sakit di Ulu Hati Pada Usia Lanjut
SOP untuk pasien:
- Pasien yang datang diwajibkan untuk mencucui tangan terlebih dulu
- Dilakukan screening atau pemeriksaan suhu tubuh
- Pemeriksaan tanda vital