TRIBUNHEALTH.COM - Rambut pubis atau rambut kelamin secara normal akan muncul pada saat seseorang mencapai usia pubertas.
Adanya perubahan hormon mengakibatkan rambut di area kemaluan ini juga ikut tumbuh.
Baca juga: Infeksi Jamur Rongga Mulut Jarang Timbulkan Rasa Sakit, Ini Prevalensi Kejadiannya di Indonesia
Rambut ini bisa tumbuh secara lebat baik pada pria maupun wanita.
Beda halnya dengan rambut di area kepala, rambut di area kelamin ini memiliki bentuk yang khas.
Dokter menuturkan bahwa pertumbuhan rambut pubis atau rambut kemaluan menjadi tanda bahwa seberapa jauh perkembangan atau dampak keberadaan hormon estrogen atau testosteron pada seorang wanita.
Baca juga: PILU Jemaah Haji Tak Bisa Lihat Kabah Meski Didepannya, Diduga Profesi Sebelum Taubat Jadi Penyebab

"Jadi yang namanya adanya rambut kemaluan itu menandakan adanya efek atau keberadaan dari hormon estrogen atau hormon testosteron pada seorang wanita atau seorang pria," tutur Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS.
Baca juga: PROFIL Eks Mafia yang Bikin Siti TKW Viral Bawa Anak Majikan Pulang, Terkuak Pernah Jadi Mucikari
Pernyataan ini disampaikan oleh Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS yang dilansir Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Timur program Edukasi Seksual edisi 17 Maret 2022.
"Jadi seperti yang saya bilang tadi, kalau itu tidak bertumbuh maka itu menandakan bahwa hormon itu yang ada pada pria atau wanita tersebut tidak maksimal, tidak berkembang, itu bisa menjadi salah satu evaluasi untuk kita mengobati seorang pria atau seorang wanita yang mengalami problem infertilitas atau problem seksual," jelas dr. Binsar.
Perlu dipahami bahwa dampak dari adanya hormon tersebut adalah pada saat seseorang mengalami pubertas.
Baca juga: TUNTUT Keadilan, Ayah Warga Muara Enim Ditabrak Truk hingga Ginjal Pecah, Butuh Dana Rp 102 Juta
Sehingga efek atau dampak dari pubertas adalah munculnya bulu-bulu atau rambut kemaluan.

Apabila rambut tersebut tidak muncul maka menandakan jika terdapat masalah dalam tubuhnya.
Namun ada beberapa orang yang memotong bulu kemaluannya lantaran merasa tidak nyaman.
Baca juga: VIRAL Wanita Naik Palinggih di Palangka Raya, Ketua PHDI Imbau Umat Hindu di Bali Tak Terprovokasi
Biasanya hal ini juga dilakukan oleh beberapa atlet yang mencukur rambut kemaluannya.
Lantas bagaimana tanggapan dokter terkait rambut pubis yang dipotong?
"Kalau yang namanya kaki (rambut kaki) ya silahkan aja, tetapi itu juga tidak akan bagus sebetulnya. Karena yang kita pastikan adalah kulit itu akan menjadi kering, itu pasti dan begitu kulit itu menjadi kering maka invasi kuman akan muncul lebih mudah," ungkapnya.
Baca juga: TIPS Mencegah Penyakit Sifilis atau Raja Singa: Pakai Kondom dan Tidak Gonta-ganti Pasangan
"Bagi atlet yang namanya organ kemaluan atau reproduksinya, saya yakin itu bertumbuhnya tidak akan melampaui daripada yang namanya celana atau celana dalam, tidak akan melampaui," ujar dr. Binsar.

"Jadi secara etika, secara penampakan, juga pasti kalaupun tidak dipotong itu tidak masalah," tambah Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS.
Klik di sini untuk mendapatkan referensi sabun pencuci vagina.
Baca juga: Teman Tongkrongan Siswa SMA yang Viral Beberkan Sikap Asli Viky: Banyak Main Game & Merokok
Penjelasan ini disampaikan oleh Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS dalam tayangan YouTube Tribun Timur program Edukasi Seksual edisi 17 Maret 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lainnya di sini.