TRIBUNHEALTH.COM - Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan yang paling kronis yang ditandai dengan adanya halusinasi dan delusi sehingga terjadi perubahan perilaku juga sikap.
Penyebab dari gangguan mental skizofrenia adalah tekanan kehidupan yang ekstrim.
Dalam kehidupan sehari-hari kadang kala tekanan hidup setiap orang berbeda-beda.
Apabila tekanan hidup sangat-sangat ekstrim, bisa memicu terjadinya skizofrenia.
Tekanan-tekanan hidup sangat banyak, salah satunya tekanan kehidupan bisa menyebabkan depresi, bipolar, dan tentunya juga bisa menyebabkan skizofrenia.
Adib Setiawan S.Psi., M.Psi menyampaikan, contoh dari tekanan hidup yang ekstrim misalnya kekerasan baik yang sifatnya verbal maupun fisik.

Baca juga: 6 Manfaat Travelling untuk Kesehatan Mental, Bisa Memicu Perasaan Tenang dan Bahagia
Selain ekstrim, ditambah lagi dengan peristiwa-peristiwa penyesuaian diri yang kurang.
Gejala utama dari skizofrenia yakni halusinasi dan delusi.
Tentunya gejala-gejala lain bisa dialami seperti mudah marah, tidak menerima kenyataan hidup, menyalahkan keadaan, menyalahkan oranglain, menyalahkan diri sendiri, dan juga terlalu pendiam.
Sama dengan penyakit lain, skizofrenia terbagi menjadi beberapa jenis tetapi yang jelas adanya halusinasi dan delusi menjadi ciri utama sehingga seseorang didiagnosis mengalami skizofrenia.
Skizofrenia biasanya diidap seseorang mulai dari usia remaja dikarenakan adanya tekanan kehidupan.
Dimana dengan tekanan yang ekstrim, seseorang tidak bisa menyesuaikan diri, menghadapi tekanan karena terbatasnya pengetahuan dan cara mengatasi masalah yang dihadapi.
Baca juga: Ilmuwan Jelaskan Manfaat Jalan-jalan untuk Kesehatan Mental, Bisa Bikin Lebih Kreatif
Sehingga di usia remaja atau diusia kurang lebih 14 tahun keatas bisa mengalami skizofrenia.
Skizofrenia tidak bisa dikatakan dialami seseorang misalkan orangtua yang mengidap skizofrenia, maka anaak juga bisa mengalaminya.
Gangguan yang dialami sejak lahir ataupun setelah 2 tahun kelahiran pada anak misalkan autisme, ADHD, dan retardasi mental.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Health bersama dengan Adib Setiawan S.Psi., M.Psi. Seorang psikolog keluarga dan pendidikan anak di Psikolog Indonesia.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)