TRIBUNHEALTH.COM - Pola asuh orangtua sangat berpengaruh terhadap masa depan anak.
Pengaruh pola asuh tersebut sangat besar terhadap masa depan anak, apakah saat dewasa nanti anak akan mengalami gangguan psikologis atau tidak.
Tak hanya itu saja, pola asuh orangtua juga bisa mempengaruhi kesuksesan anak.
Orangtua adalah orang yang paling dekat dengan anak.
Adib Setiawan menyampaikan, hampir 95 persen bahkan 99 persen seorang anak paling dekat dengan orangtua.
Artinya, kehidupan anak sebagian besar dipengaruhi oleh kedua orangtua.
Bahkan masa depan anak yang sangat-sangat berhasil tergantung dari orangtua.
Baca juga: Adib Setiawan: Penerapan Pola Asuh Harus Seimbang Antara Aturan, Kasih Sayang, dan Tanggung Jawab
Seringkali kita temui orangtua ada yang membiarkan sang anak bahkan ada juga yang mengekang anak.
Adib Setiawan juga menyampaikan, pola asuh yang paling tepat adalah pola asuh autoritatif atau demokratif.
Pola asuh yang baik adalah pola asuh yang menyeimbangkan aturan dan juga kasih sayang.
Jika terlalu sayang tanpa aturan akan bahaya, artinya anak terlalu dimanja.
Apabila terlalu otoriter atau terlalu banyak aturan, maka anak juga akan tertekan.
Semakin banyak aturan dan mengekang, maka pola asuh tersebut adalah otoriter.
Sedangkan semakin menyayangi tanpa adanya aturan ialah pola asuh permisif.
Baca juga: Psikolog Ingatkan Jangan Sampai Salah Pola Asuh, Koreksi Gaya Pengasuhan pada Anak
Di tengah-tengah antara otoriter dan permisif adalah demokratis atau disebut juga dengan autoritatif.
Adib Setiawan menyampaikan, tentunya pola asuh yang baik untuk anak adalah demokratis.
Karena pola asuh yang terlalu otoriter atau terlalu dikekang, maka anak seolah-olah tidak punya suara di mata orangtua karena segala sesuatu ditentukan oleh orangtua sehingga ke depannya anak tidak akan mandiri.
Terlalu sayang atau tidak ada aturan, semua kebutuhan anak disiapkan oleh orangtua sehingga anak tidak akan mandiri.
Karena ketika anak sudah besar, semua akan dicukupi oleh orangtua.
Sedangkan pola asuh autoritatif dan demokratis artinya anak memiliki kebebasan yang bertanggung jawab, adanya aturan-aturan yang harus dijalankan, dan memiliki hak bersuara maupun hak mengutarakan pendapat.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Health bersama dengan Adib Setiawan S.Psi., M.Psi. Seorang psikolog keluarga dan pendidikan anak.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)