TRIBUNHEALTH.COM - Dunia tengah menghadapi ancaman lima virus sekaligus.
Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara di dunia harus berurusan dengan Covid-19.
Namun ada tiga serangan virus lain pada 2022 ini, yakni cacar monyet, bentuk baru hepatitis, dan polio (di Inggris).
Belum berakhir, flu tomat yang turut menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sejauh ini flu tomat masih terbatas di India dan belum diketahui mematikan.
Namun seluruh dunia tetap mengawasi perkembangannya agar tak mengulangi kesalahan pada saat awal munculnya Covid-19 di China.
Akibatnya, para ilmuwan melakukan apa yang mereka bisa untuk mempelajari lebih lanjut tentang virus ini, mulai dari apakah itu bisa menjadi ancaman besar, dan apakah ada cara untuk mengobati virus ini.
Dilansir TribunHealth.com dari Express.co.uk pada Kamis (25/8/2022), berikut ini QnA seputar flu tomat.
Mengapa anak-anak berisiko lebih tinggi terkena virus ini?

Baca juga: 6 Fakta Terbaru Seputar Flu Tomat, Asal-usul Penamaan hingga Pengobatan yang Diperlukan
“Anak-anak berisiko lebih tinggi terkena flu tomat karena infeksi virus umum terjadi pada kelompok usia ini dan penyebarannya kemungkinan melalui kontak dekat," tulis The Lancet.
"Anak-anak kecil juga rentan terhadap infeksi ini melalui penggunaan popok, menyentuh permukaan yang tidak bersih, serta memasukkan barang-barang langsung ke mulut.”
Apakah ada ancaman bagi orang dewasa di wilayah tersebut?
Ya, Lancet menyimpulkan bahwa "jika wabah flu tomat pada anak-anak tidak dikendalikan dan dicegah, penularannya dapat menyebabkan konsekuensi serius dengan menyebar pada orang dewasa juga".
Baca juga: Orangtua Tak Perlu Cemas Jika Anak Mengalami Demam, Ini Kata dr. F. Novita Wijayati M.Si, Med, Sp.A
Sama dengan bentuk influenza lainnya, dan tidak seperti cacar monyet, flu tomat sangat mudah menular dan sumber daya sekarang sedang dikerahkan untuk menghentikan penyebaran virus di luar wilayah Kerala.
Penulis laporan Lancet mengatakan: “Solusi terbaik untuk pencegahan adalah pemeliharaan kebersihan dan sanitasi yang tepat dari kebutuhan dan lingkungan sekitar serta mencegah anak yang terinfeksi berbagi mainan, pakaian, makanan, atau barang lain dengan orang lain yang tidak terinfeksi."

Haruskah kita khawatir tentang flu tomat?
Saat ini, tidak.
Sejauh ini tidak ada kasus yang dikonfirmasi di luar wilayah Kerala, tetapi ini mungkin karena mereka belum memulai pengujian di beberapa daerah.
Ada kemungkinan virus ini mencapai wilayah lain dengan cara yang sama seperti yang dilakukan COVID-19 pada 2019/2020.
Ini adalah skenario yang tidak boleh dikesampingkan.
Mengapa?

Salah satu pelajaran utama yang dipetik dari tahap awal pandemi Covid-19 adalah bahwa tindakan dini menyebabkan penurunan jumlah kematian.
Namun, bukan berarti setiap orang perlu khawatir dengan flu tomat.
Namun demikian, ahli virologi dan pejabat kesehatan menyadari sifat menular dari virus, dan kelompok usia yang dapat terpengaruh, serta gejala yang muncul, yang dapat bercampur dengan penyakit lain.
Baca juga: Sederet Fakta Menarik Mengenai Kolesterol pada Anak Muda, Bisa Diantisipasi dengan Tips Berikut
Apakah ada cara untuk mengobati flu tomat?
Dokter dan pejabat kesehatan masih bekerja untuk mengobati flu tomat.
“Penggunaan kembali obat dan vaksinasi adalah pendekatan yang paling manjur dan hemat biaya untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat dari infeksi virus, terutama pada anak-anak, orang tua, orang dengan gangguan kekebalan, dan mereka yang memiliki masalah kesehatan yang mendasarinya,” tulis Lancet.

Mereka menambahkan, saat ini “tidak ada obat antivirus atau vaksin yang tersedia untuk pengobatan atau pencegahan flu tomat.
"Tindak lanjut dan pemantauan lebih lanjut untuk hasil yang serius diperlukan untuk lebih memahami perlunya perawatan potensial”.
Singkatnya, belum ada pengobatan untuk flu tomat, tetapi ini tidak berarti tidak akan ada.
Baca juga: Kekerasan Pada Anak dapat Menimbulkan Trauma, Perlu Diimbangi dengan Kasih Sayang
Apa yang akan dilakukan para ilmuwan adalah mencoba dan mencari tahu apakah perawatan untuk kondisi lain berhasil dalam mengobati atau mencegah virus ini atau tidak.
Tindakan serupa dilakukan saat ilmuwan menghadai Covid-19 dan cacar monyet.
Dalam kedua kasus tersebut, beberapa obat yang ada terbukti efektif dalam mengurangi gejala atau mengobati ancaman virus.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)