TRIBUNHEALTH.COM - Saat ini scara nasional kasus stunting cukup tinggi.
Stunting adalah suatu kondisi yang diakibatkan oleh kekurangan gizi yang kronis dan ditandai dengan tinggi badan anak lebih pendek dibanding dengan usianya.
Adanya gangguan tumbuh kembang dimana sebagai manifestasinya tinggi badan balita tersebut kurang dari -2 standart defiasi dibanding dengan seusianya.
dr. Teti Rostianty menyampaikan, yang perlu digaris bawahi sebetulnya kita tidak hanya bicara terkait postur atau pendeknya saja.
Stunting menjadi fokus perhatian karena dampak yang ditimbulkan yang terjadi pada balita-balita dengan stunting.
Dampak jangka pendek dari stunting ialah angka kesakitan atau kematian meningkat, artinya kondisi-kondisi balita dengan stunting akan lebih rentan terhadap penyakit-penyakit.
Baca juga: Apakah Anak yang Memiliki Rambut Jagung bisa Disebut Stunting? Simak Ulasan dr. Kartikaningsih Sp.A
Untuk jangka panjang dari stunting ialah adanya gangguan kognitif, gangguan motorik dan menyebabkan gangguan fungsi otak.
Gangguan pada fungsi otak bisa berkaitan dengan kecerdasan, produktivotas dan lain sebagainya.
Selain itu jangka panjang yang bisa ditimbulkan oleh stunting adalah gangguan metabolisme.
dr. Teti Rostianty menyamoaikan balita maupun orang yang mengalami stunting jika tidak dilakukan intervensi dengan benar akan terjadi dampak panjang yang dialami.
Dampak jangka panjang yang dialami salah satunya adalah lebih mudah atau berpotensi terjadi gangguan-gangguan seperti penyakit jantung, hipertensi, liver, diabetes melitus, stroke, dan sebagainya.
Pengelolaan stunting sebenarnya tidak bisa dilakukan oleh Dinas Kesehatan sendiri, tentu terdapat fektor-faktor lain atau faktor-faktor ekternal yang turut berkontribusi dalam rangka mencegah dan menurunkan stunting.
Baca juga: dr. Kartikaningsih, Sp.A Jelaskan Stunting dalam Masalah Tumbuh Kembang Anak
Terdapat dua intervensi yang harus dilakukan dalam pencegahan dan penanganan stunting.
Dinas kesehatan akan berperan didalam intervensi spesifik dalam rangka pencegahan dan penanggulangan stunting.
Walaupun sebenarnya intervensi spesifik hanya memberikan daya ungkit 30 persen, artinya kontribusi hanya 30 persen bisa mencegah dan menurunkan stunting.
Intervensi dilakukan mulai dari hulu, artinya bukan orang yang sudah mengalami stunting atau balita lahir dengan kondisi stunting baru ditangani.
Tetapi upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah agar saat bayi lahir tidak terjadi stunting.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Jabar bersama dengan dr. Teti Rostianty. Selaku Subkoordinator kesehatan keluarga dan gizi masyarakat, Dinas Kesehatan Kabipaten Cirebon.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)