TRIBUNHEALTH.COM - Tanpa disadari, penyakit stroke bisa mengintai siapa saja.
Seringkali penyakit stroke dianggap hanya bisa terjadi pada usia lanjut saja.
Nyatanya banyak usia muda mengalami gejala stroke maupun stroke ringan.
Seseorang dengan stroke perlu mendapatkan pengobatan yang tepat dan cepat agar tidak mengalami kejadian fatal.
Stroke merupakan kondisi medis yang menakutkan dan mengancam jiwa, namun begitu pasien mulai pulih, pasien akan mengalami dampak pada kualitas hidup yang disebabkan oleh kerusakan.
Rehabilitasi pada pasien stroke dimulai sedini mungkin, karena pemulihan fungsional berlangsung sejalan dengan pemulihan neurologis dan berlanjut setelah lesi otak menetap.
Baca juga: Masa Subur pada Wanita Bisa Dilihat dari Tanda-tanda Fisik, Simak Petunjuk Dokter Berikut
Dimana fokus utama rehabilitasi medik adalah motor learning therapy (terapi latihan) dengan prinsip mobilisasi dini (mobilisasi sendi/transfer bertahap), posisi terapeutik dan latihan ADL personal.
Pada fase akut pun sebaiknya sudah dimulai rehabilitasi medis dimana rehabilitasi dilakukan saat kondisi hemodinamik yang belum stabil, dengan tujuan meniminalisir gejala sisa dan membantu perfusi otak terjaga baik serta mencegah komplikasi.
Tujuan dari memposisikan pasien (posisi terapeutik) adalah untuk mencoba memicu pemulihan yang optimal dengan memodulasi tonus otot, memberikan informasi sensorik yang tepat dan meningkatkan kesadaran spasial, dan mencegah komplikasi seperti luka pada kulit akibat tekanan, kontraktur, nyeri dan masalah pernapasan dan membantu proses makan yang lebih aman.
Baca juga: dr. Marhaen Hardjo M. Biomed PhD Tegaskan Jika Stem Cell atau Sel Punca adalah Sel Hidup
Bagaimana perawatan pasien pasca stroke dirumah?
Begini penjelasan dr. Nilla Mayasari, M.Kes., Sp.KFR-K.
Nilla adalah seorang Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Konsultan.
Nilla Mengawali karirnya sebagai dokter umum di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar pada 2010.
Kemudian pada 2010 Nilla menekuni profesinya menjadi dokter rehabilitasi medik.
Pada tahun yang sama hingga saat ini, Nilla juga masih aktif menjadi Dosen Departemen kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK-UNHAS.
Baca juga: Cara Merawat Enamel Gigi dengan Baik, Simak Tipsnya dari drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati
Berkat kemampuannya, pada 2011 hingga 2013 ia dipercaya sebagai Kepala Seksi Pelayanan Medik Rawat Inap RSUP.dr Wahidin Sudirohusodo.
Dilanjutkan pada 2015 sampai 2019 menjadi Kepala seksi Pelayanan Medik Rawat jalan.
Karena pengalaman dan kemampuannya, pada 2019 hingga sekarang, ia berpraktek dan sekaligus menjabat sebagai Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP.dr.Wahidin Sudirohusodo.
Kompetensi yang dimiliki oleh Nilla tidak bisa diragukan.
Tercatat, berdasarkan daftar riwayat hidup yang diterima oleh Tribunhealth, dirinya telah menempuh berbagai jenjang pendidikan dan lulus dari sejumlah universitas ternama di Indonesia dan luar negeri.
Baca juga: Perlukan Pendampingan Khusus bagi Keluarga Pasien Bipolar? Ini Kata dr. Yanne Cholida
Berikut di antaranya:
1. Profesi Dokter Umum Universitas Hasanuddin (2002)
2. Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2010)
3. Magister Kesehatan di Universitas Padjadjaran (2009)
4. Fellowship Pediatric Rehabilitasi (2016)
5. Konsultan Rehabilitasi Anak, Kolegium IKFR (2020).
Profil lengkap dr. Nilla Mayasari, M.Kes., Sp.KFR-K bisa dilihat disini.
Baca juga: Upaya Pembesaran Otot pada Pria dalam Waktu Singkat Bisa Menimbulkan Stretch Mark
Pertanyaan :
Bagaimana perawatan pasien pasca stroke dirumah?
Anggra, Solo
dr. Nilla Mayasari, M.Kes., Sp.KFR-K menjawab :
Stroke mungkin memiliki dampak yang cukup besar pada kemampuan seseorang untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik. Setelah stroke, kebugaran fisik dapat menurun ke tingkat yang tidak cukup untuk melakukan kegiatan rumah tangga yang mendasar sekalipun.
Gangguan kebugaran fisik setelah stroke menimbulkan risiko stroke berulang, penyakit jantung dan fraktur akibat jatuh, dan dapat mempengaruhi reintegrasi ke dalam masyarakat.
Pedoman klinis nasional merekomendasikan bahwa pasien stroke harus didorong untuk berpartisipasi dalam olahragateratur dan pelatihan aerobik jika memungkinkan.
Baca juga: Kapan Masa Subur Pria? dr. Maria Ratna Andijani, Sp.OG, M.Med Menjawab
Setiap jumlah aktivitas fisik merupakan langkah positif bagi penderita stroke.
Seiring waktu, bahkan aktivitas ringan seperti berjalan di sekitar blok atau mencuci pakaian akan berkontribusi pada perbaikan fisik dan membantu mencegah dekondisi yang mengarah pada kerusakan lebih lanjut.
Namun, aktivitas dengan intensitas sedang justru lebih bermanfaat bagi kesehatan pasien.
Selain itu, latihan aktivitas sehari-hari (ADL) merupakanintervensi yang sering digunakan oleh terapis dalam rehabilitasi stroke.
Terapis okupasi melakukan analisis aktivitas untuk memicu pemulihan setelah stroke, dan dapat mencakup penyediaan dan pelatihan dalam penggunaan peralatan adaptif untuk mengkompensasi hilangnya kemampuan melakukan ADL.
Latihan ADL yang dilanjutkan di rumah efektif meningkatkan kemandirian
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)