TRIBUNHEALTH.COM - Bipolar ialah gangguan mental yang berhubungan dengan perubahan suasana hati, dari manik menjadi depresi ataupun sebaliknya dari depresi menjadi manik.
Kondisi bipolar yang tidak dilakukan pengobatan tentunya akan sangat berpengaruh pada kehidupan sehari-hari dan mempengaruhi aktivitasnya.
Dilansir TribunHealth.com, Praktisi Kesehatan Mental dan Titik Meridian Tubuh, dr. Yanne Cholida, ACp,CHt,CI,CET memberikan penjelasan dalam tayangan YouTube Tribun Jabar.
dr. Yanne mengungkapkan bahwa bipolar lebih sering diderita oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
Hal ini dikarenakan perempuan memiliki berbagai pengaruh hormon yang dapat mengubah suasana hatinya, seperti hormon menstruasi, hormon oksitosin, hingga hormon dopamin.
Meskipun laki-laki juga memiliki banyak hormon yang mempengaruhi suasana hati, namun hormon laki-laki tidak tidak begitu berpengaruh seperti hormon perempuan.
Baca juga: Apakah Bipolar Dapat Disembuhkan? Begini Penjelasan dr. Yanne Cholida
Pasalnya ketika perempuan sedang menstruasi, kerap kali terjadi perubahan suasana hati secara tiba-tiba, kondisi ini terkadang ada yang menyebutnya dengan bipolar.
Namun perubahan suasana hati saat menstruasi dan perubahan suasana hati pada penderita bipolar adalah dua hal yang berbeda.
Menurut penuturan dr. Yanne, perubahan suasana hati karena menstruasi masih dalam tahap yang wajar, sedangkan perubahan suasana hati pada penderita bipolar sudah masuk ke dalam tahap yang tidak wajar.
Misalnya perubahan suasana hati karena menstruasi membuat seseorang makan lebih banyak dari satu piring menjadi dua piring, namun pada bipolar perubahan suasana hati tersebut membuat seseorang misalnya awalnya makan satu piring menjadi lima piring, sehingga ia melakukan hal-hal yang tidak wajar.
Baca juga: Pentingnya Melakukan Sugesti Diri untuk Dapat Mengendalikan Mood dan Emosi pada Pengidap Bipolar
"Perubahan suasana hati manik pada bipolar itu melakukan sesuatu dengan cepat, makan dengan cepat, berbicara dengan cepat, apapun dilakukan dengan cepat dan tidak wajar," terang dr. Yanne.
"Perempuan cenderung lebih banyak mengalami bipolar karena ia cenderung mudah depresi, mudah manik akibat tuntutan kehidupan."
"Istilahnya wanita itu harus memiliki depalan tangan, harus menjadi ibu rumah tangga, menjadi sahabat, harus memasak, dan bahkan ada yang harus bekerja."
"Untuk itu, agar mencegah terjadinya bipolar sebaiknya seorang perempuan harus menerima dengan penuh rasa syukur jika ia adalah perempuan."
"Perempuan dianugerahi dan diberkahi oleh Tuhan, maka saya harus menerima kondisi ini, sehingga ketika ia menerima, ia akan menjalani kehidupan lebih baik."
"Karena itulah mengapa sebelum menikah ada panduan tentang pernikahan karena yang lebih rentan terkena terkena bipolar ialah yang sudah berkeluarga," lanjut dr. Yanne.
Baca juga: Bagaimana Cara Keluarga Menghadapi Seseorang yang Menderita Bipolar? Begini Ulasan dr. Yanne
dr. Yanne menjelaskan bahwa bipolar itu bukan gangguan kepribadian, namun gangguan mental.
"Beda ya, gangguan mental dengan gangguan kepribadian, kalau gangguan mental itu betul-betul ada di garis kehidupannya," tegas dr. Yanne.
"Sedangkan gangguan kepribadian itu bisa dirubah kepribadiannya asalkan dia mau."
"Gangguan mental sampai saat ini belum diketahui penyebabnya, kalau gangguan kepribadian pasti diketahui penyebabnya dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi kepribadian."
Menurut dr. Yanne, pengobatan untuk bipolar terdapat tiga jenis, yang pertama ialah dengan medikamentosa.
Medikamentosa ialah suatu perawatan dengan menggunakan obat-obatan, pada kasus bipolar medikamentosa ini akan diresepkan oleh psikiater atau kedokteran jiwa.
Pengobatannya sendiri akan disesuaikan dengan tipe bipolarnya, pada saat yang muncul manik akan diberikan obat anti manik, sedangkan pada saat muncul depresi akan diberikan obat anti depresan.
Baca juga: dr. Yanne Cholida Jelaskan Prosedur Hipnoterapi untuk Penderita Bipolar
"Bipolar itu tak hanya muncul manik atau depresi saja, bisa saja manik dan depresi muncul bersamaan, nah ketika hal itu terjadi akan diberikan stabilizer," tutur dr. Yanne.
"Segala sesuatu yang berlebihan akan menimbulkan efek yang buruk, oleh sebab itu penderita bipolar harus tetap melakukan konsultasi untuk mencegah konsumsi obat yang berlebihan."
"Konsultasi sendiri dapat dilakukan dua minggu sekali atau satu bulan sekali tergantung dengan kondisinya."
dr. Yanner memaparkan, ketika kondisi pasien bipolar sudah stabil, akan dilanjutkan pengobatan kedua dengan psikoterapi.
Psikoterapi dilakukan dengan cara mengobrol yang bertujuan untuk mengetahui akar permasalahan yang mengganggu penderita bipolar tersebut.
"Kalau tipe 2 bisa dilakukan dengan psikoterapi saja, diajak ngobrol. Namun kalau sudah tipe 1 itu sudah luar biasa, sudah berat dan harus dibantu dengan obat."
Baca juga: Benarkah Hipnoterapi Dapat Mengendalikan Bipolar? Begini Penjelasan dr. Yanne Cholida
Setelah diketahui akar permasalahannya, kemudian baru dilanjutkan pada pengobatan berikutnya yaitu melakukan hipnoterapi.
Hipnoterapi merupakan metode terapi dengan teknik hipnosis, yaitu tindakan masuk ke dalam pikiran bawah sadar seseorang untuk menggali akar permasalahan dari kejadian masa lalu.
Terapi ini bertujuan untuk membuat penderitanya menjadi lebih fokus, rileks, sehingga emosi negatif dan perasaan negatif yang ada pada dirinya di masa lalu dapat dikendalikan dengan baik.
"Jadi pengobatan bipolar itu ada prosesnya ya," jelas dr. Yanne.
"Kalau bipolar diderita sejak kecil, maka bisa dilakukan tanpa obat dan bisa dilakukan dengan hipnosis atau psikoterapi karena anak kecil masih bisa diberikan afirmasi."
Penjelasan ini disampaikan oleh Praktisi Kesehatan Mental dan Titik Meridian Tubuh, dr. Yanne Cholida, ACp,CHt,CI,CET dalam tayangan YouTube Tribun Jabar pada 25 Mei 2022.
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/IR)