TRIBUNHEALTH.COM - Gangguan saluran cerna terbagi menjadi dua area.
Yaitu saluran cerna atas dan saluran cerna bawah.
Pada saluran cerna bagian bawah terdapat sejumlah gangguan yang harus diwaspadai.
Baca juga: Ragam Pemeriksaan dalam Deteksi Gangguan Saluran Cerna Bawah, Simak Anjuran dr. Aritantri Darmayani
Jika terjadi gangguan, perlu segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Berikut ini dr. Aritantri Darmayani M.Sc., Sp.PD, K-GH membagikan prinsip penangana pada gangguan saluran cerna bagian bawah.
Aritantri merupakan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Gastroenterologi-Hepatologi) dari RS Hermina Solo.
Selain bekerja di RS Hermina Solo, ia juga berpraktek di 2 rumah sakit besar di Solo.
Yaitu RSUD Dr. Moewardi dan RS JIH.
Wanita kelahiran Surakarta ini, lahir pada 6 Juni 1979.
Baca juga: Profil dr. Aritantri Darmayani M.Sc., Sp.PD, K-GH. yang Berpraktek di RS Hermina Solo
Ia mengawali pendidikan S1nya di Fakultas Kedokteran UGM (Universitas Gadjah Mada).
Setelah lulus pada 2004, ia melanjutkan pendidikan spesialis bagian penyakit dalam di universitas yang sama.
Pendidikan spesialis penyakit dalam ini, ia selesaikan tepat pada 2006.
Tidak puas disitu, ia masih ingin mendalami ilmunya dan mengikuti pendidikan konsultan.
Dirinya mengambil pendidikan konsultan bagian Gastroentero Hepatologi.
Baca juga: Mekanisme Pemeriksaan Gangguan Saluran Cerna Bawah yang Perlu Dipahami dari dr. Aritantri Darmayani
Pendidikan tersebut, Aritantri tempuh di Fakultas Kedokteran UNS (Universitas Sebelas Maret) dan lulus pada 2020.
Tanya:
Bagaimana penanganan gangguan saluran cerna bagian bawah dok?
Baca juga: Kenali Gejala pada Gangguan Saluran Cerna Bawah dari dr. Aritantri Darmayani M.Sc., Sp.PD, K-GH.
Lala, Solo.
dr. Aritantri Darmayani M.Sc., Sp.PD, K-GH Menjawab:
Tentunya penanganannya akan disesuaikan dengan diagnosisnya.
Baca juga: Waspada Gangguan Saluran Cerna Disertai Infeksi dan Komorbid, Dokter Sebut Berisiko Kematian
Jika Diare, jangan sampai terjadi suatu dehidrasi.
Maka perlu perbaiki intake cairan yang cukup dan hindari makanan berserat tinggi.
Baca juga: Jangan Sampai Anak Dehidrasi Berat, Ini Tandanya Menurut Prof. Dr. dr. Harsono Salimo Sp. A (K)
Berbeda kalau tidak bisa BAB maka harus makan-makanan tinggi serat, namun bila mengalami Diare harus makan-makanan rendah serat.
Karena kalau Diare akut akibat virus, bisa sembuh sendiri (dalam 2 hari membaik sendiri).
Namun jika tidak ada perbaikan, maka itu merupakan infeksi bakteri.
Baca juga: Bakteri Streptococcus Biang Berbagai Penyakit, Ini Cara Cegah Picu Masalah pada Tubuh
Sehingga kita perlu memberikan antibiotik.
Lalu jika menderita IBS (Sindrom iritasi usus besar), penanganan juga perlu menyesuaikan dengan tipenya.
IBS yang tipenya konstipasi atau IBS tipe diare.
Kalau konstipasi petinggi serat, jika Diare maka kurangi seratnya.
Baca juga: 5 Langkah Sederhana dalam Mencegah Diare pada Anak dari Prof. Dr. dr. Harsono Salimo Sp. A (K)
IBS ini seringkali dipicu oleh masalah stres, maka biasanya penanganannya semacam psikoterapi.
Kemudian ditambahkan obat-obat yang disesuaikan dengan keluhan.
Selajutnya untuk kondisi IBD (penyakit autoimun), maka penanganan akan diberikan obat-obatan untuk diberikan pengobatan pada saluran cernanya.
Baca juga: dr. Nadia : Rematik Merupakan Penyakit Autoimun, Sistem Imun Menyerang Sel-sel Tubuhnya Sendiri
Terkadang jika diperlukan kita juga memberikan obat untuk menekan sistem imunnya.
Jika ada komplikasi seperti Abses dan muncul lubang dari saluran cerna ke organ yang lain, perlu tindakan operatif.
Kalau Kanker disesuaikan juga dengan stadiumnya, perlu dioperasi atau kemoterapi.
Baca juga: Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Kemoterapi, Tak Hanya Masalah Kerontokan Rambut
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)