TRIBUNHEALTH.COM - Menstruasi bisa lebih cepat atau lebih lambat karena pengaruh hormon dan kelainan fisis yang anatomis.
Jika dipengaruhi oleh hormon, tentu diketahui bahwa du hormon perempuan yang berperan adalah esterogen dan progresteron.
Apabila ada ketidakseimbangan antara dua hormon tersebut, maka akan menyebabkan gangguan menstruasi.
Namun, apabila gangguan menstruasi karena kelainan anatomis misalnya pada rahim bisa ditemukan adanya miom, kista, endometriosis, dan syndrome ovarium polycistic (PCOS).
dr. Henry menyampaikan bahwa harus dicamkan siklus menstruasi berkisar 24-38 hari, misalkan dibawah 24 hari sudah mengalami menstruasi lagi boleh diperiksakan ke dokter yang ahli dibidangnya sebagai early warning.

Baca juga: Kenali Beberapa Gejala Kanker Mulut yang Disampaikan oleh drg. Andi Tajrin
Apabila siklus menstruasi memanjang sampai diatas 38 hari juga bisa dilakukan pemeriksaan.
Bukan hanya dari frekuensi, apabila durasi berkisar 9 hari bahkan sampai 2 minggu berdarah mungkin saja terjadi gangguan.
Sehingga lebih baik diperiksakan ke dokter yang ahli dibidangnya.
Terlambat atau cepatnya siklus menstruasi bisa dilihat dari dua hormon wanita yang berperan yakni esterogen dan progresteron.
Pada usia reproduksi, usia kerja atau usia yang subur diantara usia 21-35 tahun masih bisa disebut dengan usia reproduksi.
dr. Henry membagikan tips agar keseimbangan antara hormon esterogen dan prgresteron bisa terjadi yang paling umum adalah menjaga keseimbangan antara berat badan dan tinggi badan.
Baca juga: Peneliti Sebut Orang dengan Fibrilasi Atrium Lebih Berisiko Terkena Stroke
Berat badan dan tinggi badan bisa dijaga dengan pola makan, yang mungkin saat ini paling sudah dijaga karena banyak jajanan dan makanan yang mudah didapat.
Keseimbangan tubuh bisa menunjukkan adanya metabolisme yang baik pada tubuh.
Dengan metabolisme yang baik bukan hanya aliran darah yang baik, tapi aliran hormon juga akan baik.
Selain dari makanan, bisa juga dengan istirahat yang cukup.
Istirahat yang kurang cukup juga bisa mempengaruhi kondisi psikologis dan nantinya juga akan berpengaruh dengan keseimbangan atau metabolisme hormon.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Jabar bersama dengan dr. Henry Jerikho Maruli, Sp.OG. Seorang dokter Obstetri dan Ginekologi. Rabu (3/11/2021)
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)