TRIBUNHEALTH.COM - Tanpa disadari, seseorang yang memiliki fisik sehat terkadang tidak menggambarkan bahwa kondisi mentalnya juga sehat.
Sebenarnya tidak banyak indvidu memiliki mental yang katakan benar-benar sehat.
Gangguan pada mental yang dialami seseorang tidak hanya halusinasi saja, tetapi gangguan mental seperti delusi juga dikatakan gangguan mental serius.
Perlu dipahami bahwa baik halusinasi ataupun delusi dapat terjadi ketika otak memproses suatu hal yang sebenarnya tidak terjadi.
Apakah pengertian delusi menurut psikolog?
Berikut adalah penjelasan Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. (Psikolog di www.praktekpsikolog.com). Seorang psikolog keluarga dan pendidikan anak.
Kini dirinya telah memiliki sebuah yayasan yang bernama Praktek Psikolog Indonesia.

Baca juga: drg. Anastasia : Sangat Disarankan Memilih Pasta Gigi yang Sesuai dengan Kondisi Kesehatan Gigi
Saat ini yayasan yang Adib dirikan telah tersebar di berbagai wilayah.
Ia bertugas di Yayasan Praktek Psikolog Indonesia Cabang Tangsel.
Saat ini juga menjadi Koordinator untuk cabang Bintaro-Jaksel, Rawamangun-Jaktim, Pondok Aren-Tangsel, Cileungsi-Perbatasan Bogor Bekasi, Semarang, Makassar dan Surabaya.
Sebelum berpraktek di Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, ia sempat praktek di Yayasan Cinta Harapan Indonesia selama kurang lebih 3 tahun.
Riwayat Pendidikan Adib Setiawan:
- S1 Psikolog UIN Jakarta 2001-2005
- S2 Profesi Psikolog Universitas Tarumanegara Jakarta 2007-2009
Baca juga: dr. Putri Anitasari Sp.KK Beberkan Ciri-ciri Kulit yang Mengalami Masalah Kurap
Pengabdian Masyarakat:
- Relawan medis di Rumah Sakit Dr. Suyoto Kementerian Pertahanan pada 2020 selama 2 bulan
- Relawan bencana alam di Selat Sunda bidang psikologi pada Desember 2018 - Januari 2019
- Relawan psikolog di Yayasan Cinta Harapan Indonesia Autism Center 2008-sekarang
Profil lengkap Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. bisa dilihat disini.
Pertanyaan:
Apakah pengertian delusi menurut psikolog?
Anggra, Solo
Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi menajwab:
Delusi merupakan keyakinan yang dipegang secara kuat namun tidak akurat, dimana keyakinan tersebut tanpa bukti.
(TribunHealth.com/Putr Pramesti Anggraini)