TRIBUNHEALTH.COM - Childfree merupakan kondisi ketika sepasang suami istri memutuskan untuk tidak memiliki keturunan.
Istilah childfree viral ketika seorang influencer menyampaikannya di media sosial.
Hingga sampai saat ini masih banyak orang yang beranggapan bahwa childfree merupakan suatu keputusan yang salah.
Setiap orang mempunyai hak asasi manusia untuk memiliki suatu pandangan tertentu.
Termasuk seseorang yang memiliki pandangan untuk childfree, artinya tidak memiliki seorang anak.
Hal tersebut tentunya boleh-boleh saja, dan tentunya memang akan memberikan konsekuensi terhadap dirinya sendiri ataupun pasangannya.
Adib seorang psikolog menyampaikan bahwa pandagan tersebut boleh saja, sepanjang tidak mengganggu orang lain maka tidak akan menjadi masalah.

Baca juga: Orangtua Wajib Tau Cara Mengatasi Anak Sulit Makan Akibat Tumbuh Gigi
Dari pandangan psikolog keputusan childfree tidak menjadi masalah.
Banyak faktor yang membuat sepasang suami istri memutuskan untuk childfree.
Faktor-faktor yang membuat seseorang lebih memilih childfree adalah:
- Mungkin dari awal sulit mencari keturunan hingga akhirnya memutuskan untuk childfree
- Karir
- Trauma
Trauma bisa terjadi ketika kecil diperlakukan yang menimbulkan traumatik oleh orangtua.
- Merasa tidak mampu mengasuh anak dengan baik
Baca juga: Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, Sp.A (K): Kondisi ADHD Disertai dengan Gangguan Perkembangan Lainnya
- Merasa senang dengan kehidupan dewasa atau kehidupan tanpa anak-anak
Ada yang beranggapab bahwa kehidupan dengan anak-anak seperti mengulang masalalu.
Ketika seseorang memiliki anak, akan berfikiran tentang masalalu ketika orangtua masih muda.
Sehingga seseorang tersebut merasa sedikit terganggu dengan adanya anak.
- Faktor ekonomi
- Tuntutan pekerjaan
Dikarenakan tuntutan pekerjaan sekarang sangat sibuk, bekerja dari siang hingga tengah malam sehingga waktu istirahatnya berkurang.
Hal tersebut bisa saja mendorong pemikiran seseorang untuk memilih keputusan childfree.
Ini dikutip dari channel YouTube Tribun Health dan disampaikan oleh Adib Setiawan S. Psi. Seorang psikolog keluarga & pendidikan anak. Senin (13/9/2021)
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)