TRIBUNHEALTH.COM - Kasus stunting dan obesitas masih tinggi di Indonesia.
Terbukti dari pernyataan Ahli Gizi, R. Radyan Yaminar, S.Gz yang menyebut bahwa kedua masalah ini masih belum tertangani sesuai dengan target yang diinginkan.
Namun seiring berjalannya tahun, kasus Stunting dan Obesitas berangsung menurun.
Baca juga: Masalah Gigi dan Mulut Bisa Menyebabkan Anak Mengalami Stunting, Begini Ulasan drg. Wiwik Elnangti
"Maka dari itu tahun ini kita kencangkan lagi untuk menurunkan angka kasus Stunting dan Obesitas," ucap Radyan dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribunhealth.
Stunting dan Obesitas merupakan kondisi malnutrisi yang bisa dialami oleh anak-anak.

Keadaan ini ditandai dengan ketidakseimbangan zat gizi yang masuk dengan jumlah gizi yang dibutuhkan.
Penyebutan stunting secara singkat dinamakan dengan gizi kurang atau gizi buruk.
Baca juga: Ahli Gizi: Tidak Benar Jika Pasien yang Sembuh dari Asam Lambung Langsung Makan dalam Jumlah Besar
Sementara Obesitas, disebut dengan gizi lebih.
Indikator Status Gizi
Pada anak terdapat 4 indikator status gizi. Yaitu:
1. Berat badan menurut umur

Baca juga: Daftar Vaksinasi yang Harus Didapat Bayi dari Lahir menurut Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, Sp. A(K).
2. Tinggi badan menurut umur
3. Berat badan menurut panjang badan
4. Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur.

Dari keempat indikator di atas, panjang badan menurut umurlah yang bisa menentukan seorang anak mengalami stunting atau tidak.
Berbeda dengan anak-anak, indikator status gizi pada usia dewasa, menggunakan acuan IMT.
Baca juga: dr. Tan Shot Yen Sebut Tubuh Membutuhkan Lemak Tidak Jenuh dan Lemak Jenuh Sehat
Perhitungannya didapat dari proporsi berat badan dibagi tinggi badan (dalam kuadrat meter).
Penjelasan R. Radyan Yaminar, S.Gz ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribunhealth, Kamis (3/2/2022)
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)