TRIBUNHEALTH.COM - dr. Fransisca Handy, Sp.A, IBCLC sebut perhatian remaja di Indonesia bahkan di dunia memiliki perhatian yang paling akhir dibandingkan usia lainnya.
Untuk newborn dan balita sendiri memiliki banyak perhatian dan banyak program lainnya, sedangkan untuk remaja ini belum memiliki banyak perhatian.
Masa remaja adalah masa transisi, dimana belum bisa disebut dewasa dan tidak bisa lagi disebut dengan anak-anak.
Masa remaja ibaratnya adalah landasan dari pesawat yang mau lepas landas, dimana remaja tersebut seperti landasan yang banyak membentuk pijakan-pijakan.
Dilansir TribunHealth.com, Dokter Anak dan Penggiat Kesehatan Remaja, dr. Fransisca Handy, Sp.A, IBCLC memberikan penjelasan dalam tayangan YouTube Tribunnews program Malam Minggu Sehat.
Dalam penjelasannya tersebut, dr. Fransisca memberikan penjelasan jika masa remaja adalah masa yang banyak sekali mengalami persoalan, mulai dari pubertas hingga brain development yang masih ongoing.
Baca juga: dr. Tan Shot Yen Paparkan Jika Orangtua Memiliki Peran dalam Membentuk Selera Makan Anak Sejak Dini

Otak anak remaja tidak bisa selesai pada 1000 hari pertama.
Brain development pada remaja berbeda dengan masa anak-anak.
Brain development sendiri merupakan pengembangan pemberdayaan berbasis otak untuk meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas, dalam hal ini adalah kulitas hidup dan produktivitas remaja.
Pada anak-anak brain developmentnya masih terbilang besar dan sel-selnya terus bertambah, namun untuk remaja tidak lagi berbicara masalah sel, sel-sel pada usia remaja justru berkurang.
Ada dua bagian otak yaitu grey matter dan white matter.
dr. Fransisca menyebutkan jika pada usia remaja bagian otak yang grey matter atau otak abu-abu tersebut akan mengecil dan akan mengalami efisiensi kerja otak.
Ia melanjutkan bahwa ketika efesiensi kerja otak maka remaja tersebut membutuhkan takaran nutrisi yang pas dan tidak boleh kurang, namun jangan juga berlebih.
Salah satunya adalah gula, ketika remaja mengkonsumsi gula yang berlebih, maka dia kan menginduksi yang disebut dengan neuroinflamasi.
Neuroinflamasi ini adalah peradangan yang terjadi pada sel otak yang menyebabkan defisit pada memori dan intelektualitas.
Hal ini dikarenakan banyaknya sel yang hilang pada brain development ongoing.
Baca juga: Remaja Tak Luput dari Selera Makan dan Jajanan, Simak Ulasan dr. Tan Shot Yen & dr. Fransisca Handy

"Pubertas itu sendiri terdapat banyak perubahan baik secara fisik, psikologis, dan juga sosial."
"Oleh karena itu, social determinant dibandingkan dengan usia lainnya, paling besar dirasakan oleh remaja."
"Terbayang tidak sih, anak yang lagi tumbuh dan berkembang, namun mengalami banyak tantangan dari luar dirinya," papar dr. Fransisca.
dr. Fransisca memaparkan karena proses yang terjadi di dalam diri remaja tersebut, sehingga melahirkan proses perilaku yang berisiko bagi para remaja.
"Ngomongin remaja itu yang paling erat adalah kenakalan remaja. Itu bukan kenakalan ya sebenarnya, tapi adalah karakteristik perkembangan remaja," jelas dr. Fransisca.
"Remaja akan mejadi negatif jika kita lingkungan sekitarnya tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan remaja."
"Sebagian akan menjadi hal yang baik sebetulnya, sehingga mampu menjadi pijakan bagi remaja dikemudian hari," lanjutnya.
Penjelasan ini disampaikan oleh Dokter Anak dan Penggiat Kesehatan Remaja, dr. Fransisca Handy, Sp.A, IBCLC dalam tayangan YouTube Tribunnews program Malam Minggu Sehat 18 September 2021.
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/Irma)