TRIBUNHEALTH.COM - Penelitian baru, yang dipimpin oleh tim di University of Rhode Island, melaporkan bahwa "udara yang kita hirup di rumah, sekolah, dan tempat kerja kita dapat tercemar dengan bahan kimia PFAS yang berbahaya".
PFAS merupakan bahan kimia yang biasa digunakan dalam pembuatan zat antiminyak, anti noda, dan zat kerdap air.
Dilansir TribunHealth.com dari Independent, zat ini lumrah ditemukan dalam plastik, peralatan masak, kemasan makanan, pakaian, kosmetik, peralatan medis, elektronik, hingga busa pemadam kebakaran.
Tetapi sejak diperkenalkan pada pertengahan abad ke-20, sejumlah besar bukti yang telah terkumpul mengungkapkan bagaimana paparan PFAS dapat berdampak besar pada kesehatan manusia.
Paparan bahan kimia ini telah dikaitkan dengan masalah reproduksi dan perkembangan, masalah hati dan ginjal, dampak sistem kekebalan tubuh, kanker, berat bayi lahir rendah, dan gangguan hormon tiroid.
Baca juga: dr. Ammarilis Murastami : Paparan Zat Kimia Tertentu Menimbulkan Jerawat Breakout
Baca juga: drg. Angela Putri Bunga Beberkan Cara Pembersihan Lidah Secara Mekanik dan Kimiawi, Begini Ulasannya
Tak hanya pada barang, studi ini meneliti tingkat bahan kimia PFAS di udara dalam ruang kelas taman kanak-kanak, kantor universitas, laboratorium, dan rumah, di AS.
PFAS terdeteksi di udara di hampir setiap lokasi, kata mereka.
Beberapa ruang kelas dan ruangan di universitas memiliki konsentrasi PFAS dalam ruangan yang lebih tinggi daripada ruang penyimpanan toko pakaian luar ruangan, yang penuh dengan jaket dan perlengkapan yang dibuat dengan PFAS.
Konsentrasi tertinggi ditemukan di dua toko karpet.
“PFAS sebelumnya digunakan sebagai anti noda dan air di sebagian besar karpet,” kata penulis utama makalah tersebut, Maya Morales-McDevitt.
Baca juga: PT. Kimia Farma Resmi Turunkan Harga Tes PCR di Seluruh Gerai Laboratorium PT. Kimia Farma Indonesia
Baca juga: Dokter Spesialis Penyakit Dalam: Biokimiawi Memiliki Pengaruh Terhadap Pertumbuhan Sel Kanker
“Untungnya, pengecer besar termasuk The Home Depot dan Lowe sekarang hanya menjual karpet bebas PFAS. Kami percaya bahwa pengecer yang lebih kecil secara perlahan akan melakukannya juga.”
“Selama mereka terus digunakan dalam produk, kita semua akan makan, minum, dan menghirup PFAS,” kata Tom Bruton, rekan penulis dan ilmuwan senior di Green Science Policy Institute (GSPI).
“Kita perlu mematikan keran dan menghentikan semua penggunaan PFAS yang tidak perlu sesegera mungkin.”
Saat ini ada upaya untuk melarang penggunaan PFAS "tidak penting" di UE.
Negara-negara anggota Jerman, Denmark, Belanda, Norwegia dan Swedia semuanya mendesak peraturan yang lebih ketat.
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Environmental Science & Technology Letters.
Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Nur)