TRIBUNHEALTH.COM - Kondisi gagap bisa terjadi pada siapa saja.
Namun, kondisi yang dikenal sebagai stuttering dalam dunia medis ini lebih banyak dialami laki-laki.
Hal itu berdasarkan data yang dipaparkan oleh Terapis Wicara dan Direktur Akademi Terapi Wicara, Hikmatun Sadiah, A.Md.T.W.
"Rasio yang gagap dengan yang normal, itu antara laki-laki dan perempuan 2:1," katanya, dikutip TribunHealth.com dari tayangan Ayo Sehat Kompas TV edisi Jumat (27/8/2021).
Menurutnya, hal ini bisa berkaitan dengan kemampuan berbahasa laki-laki dan perempuan yang memang berbeda.
Baca juga: Kenali Gejala Kecemasan pada Anak, Sulit Konsesntrasi hingga Lebih Mudah Tersinggung
Baca juga: dr. Luciana Intanti Putrijaya, Sp.A Ungkap Dampak Terburuk bila Anak Terlalu Banyak Bermain Gadget

Laki-laki mampu memproduksi kata per hari hanya 5000 kata.
"Wanita berapa? 25 ribu kata, kebayang ngga?" sebutnya.
"Jadi itu saja memang sudah berbeda."
Faktor kedua yang menurutnya berpengaruh adalah faktor budaya.
mencontohkan kebiasan bermain anak.
Pada anak perempuan, mereka kerap bermain role play, yang melibatkan banyak percakapan.
Baca juga: Drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Jelaskan Pentingnya Edukasi Kesehatan Gigi Sejak Dini pada Anak
Baca juga: Mata Malas pada Anak Kecil Masih Bisa Diobati, NHS: Lakukan Pemeriksaan Mata setelah Usia 3 Tahun

Sementara laki-laki lebih banyak terlibat permainan fisik dan cenderung lebih minim percakapan, misalnya adalah sepak bola.
"Jadi guru, masak-masakan, warung-warungan. Penuh dengan bahasa."
"Anak laki-laki, coba lihat. Non verbal."
Belum lagi faktor eksternal, berupa ekspektasi orangtua.
Menurutnya hal ini turut mempengaruhi gagap pada anak.
Seperti yang diketahui, orangtua cenderung memiliki ekspektasi yang berbeda kepada anak perempuan dan laki-laki.
Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Nur)