TRIBUNHEALTH.COM - Penyakit katarak dikenal sebagai penyakit penuaan.
Penyakit ini lebih banyak diderita oleh masyarkat diatas 40 tahun.
Katarak terjadi lantaran adanya kekeruhan pada area lensa mata.
Baca juga: Pankreatitis Bisa Picu Berbagai Komplikasi, Dapat Alami Kematian Jaringan atau Nekrosis
Banyak orang menyebut, penanganan terbaik pada penyakit katarak, adalah melalui jalan operasi.
Namun tahukah Anda bagaimana prosedur operasi penyakit katarak sebenarnya?

Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Timur, dr. Ahmad Ashraf Amalius, MPH, Sp. M(K) memberikan penjelasannya.
Berdasarkan penuturannya, prinsip penanganan pada penyakit katarak ialah operasi.
Prosedur ini dijalankan untuk mengeluarkan lensa yang sudah keruh yang selanjutnya diganti dengan lensa buatan (lensa tanam).
Baca juga: 3 Komplikasi Rhinitis Alergi, Bisa Sebabkan Polip Hidung hingga Infeksi pada Telinga
"Disebut sebagai lensa tanam, karena ditempatkan pada kantong lensa yang tersisa pada saat operasi," imbuhnya.

Seiring dengan perkembangan zaman serta pesatnya kemajuan teknologi, saat ini penanganan operasi katarak sudah memanfaatkan teknologi yang semakin canggih.
Teknologi ini biasa disebut sebagai Fakoemulsifikasi.
Penanganan katarak melalui Fakoemulsifikasi ini membutuhkan sayatan yang sangat kecil.
Sehingga setelah operasi dijalankan, pasien tidak perlu dijahit kembali.
Baca juga: Dalam Neuroleadership Forum 7, Prof. Taruna Ikrar Paparkan Peran Neuroscience di Tengah Pandemi
Karena sayatan tersebut bisa menutup dengan sendirinya.

"Jadi prinsip operasinya adalah dengan alat yang kecil masuk ke mata, kurang lebih sekitar 2 mm saja."
"Kemudian dihisap lensa yang keruh tadi, setelah bersih, lalu dimasukkan lensa buatan melalui sayatan yang kecil tadi. Lensa ini karena menggunakan teknologi canggih, bisa dilipat," jelasnya.
Lebih lanjut, setelah pasien menyelesaikan seluruh prosedur operasi, maka pasien bisa dianjurkan untuk pulang ke rumah. Tanpa perban mata dan dijahit.
"Pasien bisa melihat lagi, asal pasien tidak memiliki masalah mata lainnya."
"Namun pasien harus tetap mengikuti anjuran-anjuran setelah operasi," tutup Ahmad.
Baca juga: Bagaimana Cara Mencegah Resesi Gingiva? Simak Penjelasan Dr. drg. Munawir H. Usman, SKG., MAP
Baca juga: Apa Arti Sehat secara Seksual? Ini Jawaban Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS
Penjelasan dr. Ahmad Ashraf Amalius, MPH, Sp.M(K), M.Kes ini dikutip dari tayangan YouTube TribunTimur, 5 November 2020.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)