TRIBUNHEALTH.COM - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dr. Zulvia Oktaninda Syarif, Sp.KJ memaparkan apa yang harus dilakukan ketika menjadi korban Body Shaming.
Body shaming sendiri termasuk dalam jenis bullying.
Secara sederhana, body shaming bisa diartikan sebagai ejekan terhadap seseorang atas dasar penampilan fisiknya.
"Siapa pun yang mengalami body shaming dia perlu stand up dan speak up," paparnya, dikutip TribunHealth.com dari tayangan Ayo Sehat Kompas TV edisi Jumat (13/8/2021).
Maksudnya, perlu menunjukkan sikap ketidaksukaan ketika mendapat body shaming.
Baca juga: Amankah Pemberian Obat kepada Penderita Gangguan Mental? Begini Tanggapan Psikolog
Baca juga: Apa Upaya yang Dapat Dilakukan untuk Meringankan Gangguan Mental? Simak Penjelasan Psikolog Berikut

Dengan kata lain, remaja harus belajar untuk asertif.
"Remaja perlu belajar komunikasi asertif namanya," katanya.
"Bukan pasif diem saja, atau agresif melawan, baku hantam. Tapi asertif."
Artinya, ketidaksukaan itu harus dikomunikasikan dengan cara yang baik.
"Eits. Aku tidak suka kamu ngomong seperti itu tentang fisik aku," contoh dr. Zulvia Oktaninda Syarif, Sp.KJ.
"Terbuka, tunjukkan tidak suka, tapi dengan cara-cara komunikasi yang baik," tandasnya.
Baca juga: Benarkah Gangguan Mental Dapat Disebabkan oleh Faktor Genetik? Begini Tanggapan Psikolog
Baca juga: Apakah Telekonseling Efektif Mengatasi Gangguan Mental karena Pandemi? Ini Tanggapan Psikolog

Berikutnya, korban body shaming atau bullying dalam bentuk apa pun harus berani speak up.
Artinya, korban diharapkan berani menceritakan apa yang dialami pada orang terdekat yang dipercaya.
"Ke orang dewasa yang memiliki peran utama di wilayah itu," jelasnya.
Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)